Abian memejamkan matanya dalam sepersekian detik untuk menahan emosinya yang tak karuan ini. Jantungnya berdegup kencang karena menahan banyak perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Jujur saja harga dirinya merasa agak tercoreng karena ia lagi-lagi ditampar oleh Atsa, kemudian ia melihat Atsa yang tidur lagi bersama Sean setelah Atsa dan Abian berakhir dalam pertengkaran di café malam itu. Belum lagi kata-kata Atsa mengenai keraguannya untuk melanjutkan pertunangan mereka. “Engh, Atsa?” Tiba-tiba saja Sean terbangun walaupun dirinya belum sadar sepenuhnya. Matanya masih menyipit melihat Atsa dan seorang pria dihadapan Atsa. “Siapa dia?” Atsa menoleh kebelakang, kearah kamarnya dan berdecak. “Aku dan Sean tidak pernah melakukan apapun.” “Tidak pernah melakukan apapun tapi selalu