Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Melihat laki-laki yang tadi memukul Joyo dan kini mengacungkan pisau ke arahnya, mendekati dirinya, tubuh Bu Wiwit seperti kehilangan tulang belulang, lemas tak berdaya. Dia ingin berlari, dia ingin pergi, dia ingin berteriak, tapi seluruh tubuhnya kaku dan bergetar. Apalagi ketika tatapan mata Bu Wiwit terarah ke ujung pisau kecil yang berkilat terkena cahaya temaram rembulan, dan kini hanya berjarak beberapa cm dari tubuhnya, semua keberanian dan rencana yang dia punya terbang tertiup angin. "Jangan melawan!! Sayang sekali jika wajah cantikmu, aku sayat pakai pisau ini kan?" ancam laki-laki k*****t itu. Wiwit tak tahu harus berbuat apa. Dengan mulut bergetar, dia memohon, "Ambil semua uangku, dan juga uang kekasihku, tapi lepaskan kami. Kami tak sengaja. Kami tak ingin cari masalah,"