Part 13 (Hukuman)

1029 Kata
Jangan lupa di tap sebelum membaca. *** Keysha pun mengambil satu sendok seblak tersebut dan memakannya. Tiba-tiba saja perutnya mulai sakit disertai melilit dan wajahnya menjadi memerah karena kepedesan. Rexa yang menyadarinya pun langsung khawatir. "Lo kenapa, Key?" Keysha diam, ia belum bisa menjawab perkataan Rexa karena indra pengecapnya mulai merasakan sensasi pedas dari seblak yang Rexa belikan untuknya. “Key? Lo kenapa kok diam kayak lagi nahan pup. Kenapa? Ada yang salah?” tanya Rexa untuk yang kedua kalinya. "Ini seblaknya level satu apa level seratus?" tanya Keysha memastikan. "Nggak tau juga Key, gue lupa. Memangnya kenapa?” “Serius lo nggak tahu ini seblaknya level berapa?” “Iya, lupa gue. Tapi coba deh gue inget-inget dulu ya.” ucap Rexa. Ia memejamkan matanya lalu berpikir keras dan akhirnya ia menemukan jawabannya. “Itu seblaknya kayaknya level seratus deh." Keysha ternganga mendengar penuturan Rexa. Apa? Level seratus katanya? Yang benar saja?! "Lo... serius?" "Iya, emang kenapa Key?" Belum sempat Keysha menjawab perkataan Rexa, ia langsung pergi menuju toilet. Rexa memang gila! "Lah, kenapa dia pergi?" Rexa heran sendiri. *** Pagi yang indah di SMA Twilight. Tapi tidak seindah perasaan Rexa sekarang. Ia khawatir dengan Keysha yang sudah dua hari belakangan ini tidak masuk sekolah karena perbuatannya. Coba saja kalau ia tidak memberikan seblak level seratus itu pada Keysha, pasti Keysha sudah sembuh sekarang. Keysha sebenarnya sudah pulih kemarin, namun karena Rexa memberikannya seblak level seratus itu, Keysha menjadi down kembali. Keysha memang tidak bisa makan pedas. Ah, Rexa merasa bersalah pada Keysha! Sebenarnya, sudah dua hari ini juga Rexa bolak-balik ke rumah Keysha untuk menjenguknya. Tapi Keysha menolak kedatangan Rexa, Keysha mengusir Rexa. Mungkin Keysha kesal dengan Rexa. Hingga suatu ketika suara Pak Bobon selaku guru Penjaskes menyadarkan lamunannya. "Rexa Algio, sekarang giliran kamu." "Giliran apa, Pak?" tanya Rexa tak tahu. "Giliran kamu yang memimpin pemanasan." "Kenapa harus saya Pak?" "Cuma kamu yang belum pernah jadi pemimpin pemanasan!" "Duh, saya nggak hapal, Pak." "Gimana ceritanya nggak hapal? Sudah tiga tahun kamu SMA, masa tidak hapal?" "Nggak ah, Pak. Alex aja!" Rexa menunjuk Alex. "Apalagi, kok gue?" Alex tak terima. "Alex sudah minggu kemarin, sekarang giliran kamu!" "Zion aja Pak, Zion!" Rexa menunjuk Zion membuat Zion menoleh ke arahnya. "Gue udah ya kemarin!" aku Zion. "REXA ALGIO, CEPAT!" sentak Pak Bobon. "I-iya Pak, tapi kalau salah jangan diketawain ya!" Rexa pun mulai memimpin pemanasan. Ia berjalan menuju barisan terdepan untuk menjadi contoh teman-temannya. Setelah sampai di depan barisan. Rexa diam tak bergeming, ia mengingat-ingat apa yang harus dia lakukan? Jujur saja ia tidak hapal dengan pemanasan sebelum olahraga ini. Gue harus ngapain ya? Batin Rexa bingung. "Woy Rexa cepet elah, lama banget!" seru Zion tak sabaran. "Iya nih, malah panas lagi!" gerutu salah satu siswi. "Skincare gua woy, sayang kena matahari!" "Aduh, bedak gue keburu luntur kena keringet!" "Baju gue jadi bau ketek njir, nungguin Rexa bersemedi!" "Rexa, kenapa kamu diam? Cepat mulai!" seru Pak Bobon Karena dorongan teman-temannya yang menyuruhnya mulai. Rexa pun memulai pemanasannya. Namun, bukan pemanasan pada umumnya, melainkan pemanasan sesuka hatinya. Udah lah, pemanasannya guling-gulingan aja. Tiba-tiba saja Rexa berguling-guling sendiri di tengah -tengah lapangan, membuat teman-temannya dan juga Pak Bobon menjadi bingung melihatnya. Ini orang kenapa? Batin Alex tak mengerti dengan kelakuan temannya. "Ayo ikutin, kenapa pada ngeliatin?" kata Rexa bingung. "Lo ngapain, Xa?" tanya Tomi. "Pemanasan lah." Mendengar jawaban Rexa, teman-teman sekelasnya pun tertawa terbahak-bahak. Begitupun dengan Alex, Zion, Tomi, dan Pak Bobon. "Loh, kenapa pada ketawa?" ujar Rexa. "Lo mau pemanasan apa mau ngelawak sih?" seru salah satu siswa membuat siswa yang lain ikut menyerbu Rexa. "Mana ada pemanasan guling-gulingan gitu, Bambang!" "Mau jadi babi guling lo, Xa?" "GGB, ya ternyata lo!" "GGB?" "Ganteng-ganteng b**o!" "Terus yang bener kayak mana?" Rexa bingung sendiri. "Sudah-sudah, kembali ke barisanmu!" usir Pak Bobon membuat Rexa tersenyum bahagia. "Yesss!" Rexa terlihat bahagia karena tidak menjadi pemimpin pemanasan. Namun, kebahagiaannya harus pupus kembali saat Pak Bobon memberikan hukuman untuknya. "Karena kamu tidak hapal gerakan pemanasan, Bapak ada hukuman untuk kamu." kata Pak Bobon lalu menyuruh Rexa pergi. *** Disinilah Rexa sekarang. Di tengah lapangan dengan terik matahari yang panas. Lebih tepatnya di depan tiang bendera. Hukuman dari Pak Bobon untuknya adalah hormat kepada tiang bendera sampai jam pulang sekolah tiba. "Panas banget sih," gerutu Rexa. "Mana laper lagi." "Woy, Rexa!" Zion melambaikan tangannya, dia sedang asyik meminum pop ice sembari menonton Rexa dari jendela kelas. "Minta Yon!" Rexa mendekati Zion. "Haus gue!" "Eh, ngapain lo ke sini? Sana hormat sama bendera!" "Capek gue, minta dong!" Rexa meraih pop ice ditangan Zion. Namun Zion segera menepisnya. "Enak aja, ini es gue nanti jadi bau jigong lo!" tolak Zion. "Anjir, teman laknat lo ya!" "REXA, HORMAT KEPADA BENDERA!" teriak Pak Bobon dari kejauhan. "Nanti dulu Pak, saya haus. Mau minum." "Nggak ada minum-minuman. Cepat!" Dengan langkah gontai Rexa pun kembali hormat kepada tiang bendera. Disaat jam istirahat telah selesai dan siswa-siswi kembali melanjutkan jam pelajaran. Rexa berniat memesan gofood di ponselnya. Ia sangat lapar sekali. Rexa takut kalau ke kantin akan ketahuan guru piket. Rexa pun mengeluarkan ponselnya dan memesan makanan disana. 20 menit Rexa menunggu akhirnya pesanannya datang. Rexa langsung keluar gerbang sekolah untuk mengambil pesanannya. Untung saja tidak ada satpam yang menjaga. "Berapa Bang?" "50.000 Kak." Rexa pun mengeluarkan uangnya dan masuk kembali ke halaman sekolah. Dia melihat-lihat sekelilingnya. Dia takut jika ada guru yang melihatnya. Dan ternyata tidak ada. Disaat ia ingin membuka kotak makanannya, panggilan alam memanggilnya untuk segera ke toilet. "Aduh, panggilan alam!" Rexa langsung pergi menuju toilet. Setelah selesai, Rexa langsung bergegas kembali ke lapangan ingin melahap makan siangnya. Namun, harapannya harus kandas saat fried chicken-nya hilang tanpa jejak. "Lah? Kemana perginya makanan gue?" Rexa mencari-cari. "Perasaan gue taruh disini kok, tapi kenapa nggak ada ya?" "Apa dia punya kaki? Terus lari karena takut gue makan?" racau Rexa. Rexa melihat seorang satpam yang sedang membuang sampah. Dia pun mendekatinya. "Bapak lihat kotak makanan warna merah nggak di sekitar sini?" tanya Rexa. "Yang ada gambar ayamnya?" "Iya." "Lihat, tuh sudah habis." satpam itu menunjuk ke dalam tempat sampah. Penasaran, Rexa pun melihat isi tempat sampah tersebut. Rexa terkejut saat mengetahui makanannya telah habis dimakan Pak Satpam. "Bapak makan ayam saya?" tanya Rexa was-was. "Ayam kamu?" satpam itu tak mengerti. "Iya, itu nasi ayam saya Pak!" "Oh, punya kamu. Makasih ya, karena berkat kamu saya jadi kenyang." "Lah, terus gimana nasib makan siang saya Pak?" "Saya mana tahu. Berhubung saya lapar ya sudah saya makan saja." "Ih, tapi kan itu punya saya Pak!" "Ya salah kamu taruh sembarangan. Sudah ya, saya mau bertugas dulu." satpam itu pergi begitu saja meninggalkan Rexa dengan perutnya yang keroncongan. "MALANG BANGET NASIB GUE!" "MAU MAKAN AJA NGGAK BISA!" "AYAM GUEEEE!" "RUGI GOCAP GUE!" "PAK SATPAM, KELUARIN AYAM SAYA DARI PERUT BAPAK!" *** Satu kata untuk Rexa. Next?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN