TAK BISA MEMAAFKAN

219 Kata

Bunda mengusap pipiku dengan lembut. Matanya menatap ke dalam mataku. Seperti menembus ke dalam hati. "Endit, seburuk apa pun Ayah, dia tetaplah orang tuamu. Dia suami Bunda." Aku menelan ludah dengan kasar. Kupegang tangan Bunda. Kemudian kuturunkan dari pipiku. "Bunda, Endit paham. Endit memang harus bisa menerima Ayah sebagai orang tua. Tapi bisakah Bunda memberi Endit waktu? Masih sakit rasanya tiap mengingat kematian demi kematian yang telah terjadi. Semua itu memang kehendak Allah. Tapi melalui tangan wanita siluman ular." Bunda menundukkan kepala. Dia tampak enggan menatap mataku saat aku mulai membahas tentang kematian di masa lalu. Tapi aku tak akan berhenti. "Bunda ingat? Di mulai dari kematia kucing kesayangan kita. Si Mpus. Dia hewan yang tak tahu apa-apa. Lalu meninggalny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN