Melangkahkan kaki sejauh ini meninggalkan kota kelahiran tak pernah ada dalam anganku. Karena di kota kelahiranku, Pontianak, ada Kakek dan Nenek yang selalu kurindukan dan merindukanku pula. Ada rumah mereka yang hangat tempatku berteduh. Namun kini semua berbeda, setelah di rumah dinas Bunda hanya ada keributan antara Ayah Bunda. Di kota Pontianak, aku tak lagi memiliki Kakek dan Nenek. Bahkan rumah penuh kenangan itu sudah tak ada. Hanya bersisa puing-puing sisa terbakar. Ya Allah, hatiku hancur. Jiwaku terasa kosong. Alhamdulillah, aku masih memiliki Ustadzah Azizah dan Pak Saibani. "Bun, ini tiket kita untuk berangkat ke Jogja." Ustadzah Azizah mengulurkan tiket ke tangan Bunda. Tak ada jawaban. Bunda masih menundukkan kepala sambil menangis. Ustadzah Azizah memilih untuk duduk