Kuturuni tangga pesawat. Sambil menatap ke sekitar. Jejeran bangunan bandara masih sama seperti saat aku berangkat meninggalkan kota ini. Kaki kananku menapaki aspal landasan parkir pesawat. Setelah berjalan beberapa langkah, aku berbalik melihat ke arah pepohonan yang mengitari tiga perempat landasan pacu. Bandara Supadio memang terletak di luar kota Pontianak. Berbeda dengan Bandara Adi Sucipto yang berada di tengah pemukiman penduduk. Bahkan di sisi selatan bandara, berderet bangunan akademi angkatan udara. Dengan lambang burungnya yang tampak gagah. "Endit, ayo, jalan!" "Ya, Ustadzah." Punggungku di rangkul oleh wanita berjilbab merah muda itu. Dialah pelipur laraku kini. Sejak Ustadzah Azizah ikut tinggal bersamaku di asrama, hubungan kami semakin akrab. Dia bagaikan Bunda kedua