Di flatnya yang sederhana, Chiara berdiri di depan lemari, menarik napas dalam-dalam sebelum mulai membuka pintu lemari dan menarik beberapa potong pakaian. Tangannya bergerak cekatan, namun pikirannya mengembara ke momen di rumah sakit tadi —momen memalukan yang membuatnya terus-menerus tersipu. Dengan pipi yang sesekali memanas, ia melipat pakaian satu per satu dan meletakkannya dengan rapi ke dalam koper. Di sebelahnya, tumpukan pakaian milik Luca juga sudah siap untuk disusun. Ruangan flatnya tidak terlalu besar, hanya terdiri dari kamar tidur mungil yang berbatasan langsung dengan ruang tamu kecil. Flat itu terletak tak jauh dari kafe kecil yang dibukanya, tempat yang begitu ia sayangi. "Argg! Bagaimana aku harus bersikap saat bertemu mereka lagi!” pekiknya, setengah frustrasi, s

