Bara duduk di kursinya dengan postur tegap, tatapan matanya tajam namun tenang. Di depan meja, layar laptopnya menampilkan panggilan video dengan Reynal, saudara angkatnya, yang saat ini berada di cabang perusahaan di Jepang. Di sebelah Bara, Kana duduk dengan serius, berkas-berkas di tangannya sudah tertata rapi. Reynal, di layar, tampak santai namun tetap fokus. Meski berada jauh di Jepang, ia selalu sigap jika menyangkut masalah besar seperti ini. "Bagaimana dengan pelelangan itu, Bara? Aku dengar Laksana mulai bergerak lagi," tanyanya langsung pada inti pembicaraan. Bara menghela napas perlahan, memutar cincin pernikahannya di jari tanpa sadar—kebiasaannya saat sedang berpikir atau menyimak sesuatu dengan serius. Gerakan itu tampak sederhana, namun anehnya memberikan aura memikat bag

