Reynar menatap sendu adiknya yang terbaring di tempat tidur. Wajah Bara yang biasanya tegas kini terlihat lemah, pucat, dan basah oleh keringat dingin. Pria dewasa bertubuh besar itu tampak seperti menyimpan luka mendalam yang tak kunjung sembuh. Manja? Tidak. Lebay? Sama sekali bukan. Reynar memahami bahwa ini lebih dari sekadar sakit fisik. Kekhawatirannya lahir dari pengalaman panjang mendampingi adiknya melewati masa-masa sulit. "Mas..." suara lembut Salsa memecah keheningan, disertai usapan lembut di lengan Reynar. Reynar menoleh, namun ekspresi sedihnya tak mampu disembunyikan. “Sayang…” desahnya lirih. “Sudah, Mas. Bara akan baik-baik saja,” ujar Salsa, mencoba menenangkan suaminya yang terlihat begitu gelisah. Reynar menatap kembali ke arah Bara, lalu menghela napas panjang.

