103

1918 Kata

Bara terus berjalan mondar-mandir di depan ruang bersalin. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras, dan matanya terus tertuju pada pintu yang tertutup rapat. Setiap detik terasa begitu lama, seakan waktu berjalan begitu lambat. Tangannya sesekali meremas rambut atau menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dari kegelisahan yang melanda. Pintu ruang bersalin tiba-tiba terbuka, dan seorang dokter keluar. "Pak Bara, kami sarankan Bapak masuk. Ibu Kaia pasti akan lebih kuat kalau Bapak di sisinya," katanya dengan lembut. Tanpa berpikir panjang, Bara langsung melangkah masuk. Di sana, ia melihat Kaia, istrinya, tengah berjuang di atas ranjang bersalin. Wajahnya basah oleh keringat, rambutnya yang berantakan menempel di dahi, dan matanya yang lelah menatap Bara dengan penuh harapan. Na

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN