Kaia memperhatikan langkah lebar Bara yang berjalan cepat di depannya. Tubuh pria itu tampak tegang, menandakan emosinya belum mereda. Melihat itu, Kaia memutuskan untuk menghentikan langkahnya. Dengan sedikit tarikan di tangan Bara, ia memaksa pria itu untuk berhenti. Bara berbalik menatapnya, wajahnya masih dihiasi ekspresi ketegangan yang jelas terlihat. "Kenapa berhenti?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih tajam dari biasanya. "Pinjam kunci motornya, boleh?" ujar Kaia santai, seolah mengabaikan kemarahan yang masih membara di mata tunangannya. Bara mengerutkan kening, bingung dengan permintaan tiba-tiba itu. "Buat apa?" Kaia tersenyum kecil, mencoba menenangkan suasana. "Nggak apa-apa, cuma pinjam sebentar. Ayo, kasih aku kuncinya." Meski masih terlihat ragu, Bara akhirnya me

