Bara duduk di depan penghulu, dengan Sastro di sebelahnya sebagai wali nikah. Ruangan itu dipenuhi keheningan khas sebuah akad, hanya diiringi oleh lantunan doa yang mengalun lembut di latar belakang. Bara merasakan telapak tangannya mulai berkeringat, meskipun udara pagi di Kota Batu masih menusuk dingin. Ia menarik napas dalam, mencoba mengendalikan detak jantung yang tak beraturan. Semakin dekat waktunya, semakin ia menyadari betapa besarnya langkah yang akan ia ambil hari ini. Setelan tuksedo putih membalut tubuh atletisnya dengan sempurna, mencerminkan keanggunan dan ketegasan seorang pria di hari pernikahannya. Rambutnya tertata rapi, tetapi di balik ekspresi wajahnya yang tampak tenang, ada gelombang emosi yang berkecamuk. Bara, pria yang selalu tampak tegar dan tak mudah terpengar

