“Ada apa, Bara? Apa kau tak lihat aku sedang banyak pekerjaan?” Reynard menyapa adiknya dengan nada sinis saat Bara memasuki ruang kerjanya di Dewangga Group. Tangannya masih sibuk mengetik sesuatu di laptop, sementara tumpukan dokumen mengelilinginya. Bara menutup pintu perlahan, tak ingin membuat keributan lebih dari yang sudah ada. "Aku tahu, Bang," desisnya pendek, kemudian menjatuhkan diri di sofa empuk di ruangan Reynard. "Kalau tahu, untuk apa kau ke sini? Apa ini soal akuisisi yang Papa bicarakan?" Reynard menatapnya sekilas, memastikan. Bara mengangguk, tangannya terlipat di depan d**a. "Abang sudah dikasih tahu Papa, kan? Ya udah, itu intinya." Nada suaranya terdengar malas, namun matanya tetap serius. "Masalah akuisisi?" tanya Reynard lagi, kali ini lebih spesifik. "Iya," j

