Naka terduduk di sofa dengan kepala tertunduk. Ayah dan ibunya baru saja pulang. Pembicaraan mereka berakhir tanpa ada kejelasan. Naka menghadapi tuntutan dan keinginan orang tuanya. Sedangkan apa yang ia mau, tidak didengar oleh Dirja dan Sundari. Orang tuanya mendadak egois tanpa peduli dengan keinginan anaknya sendiri. Tangan kekar Naka menyugar rambutnya dengan kasar. Helaan napas panjang dan berat terdengar. Naka bingung dan marah. Andai saja Lizzy menyerah, maka semuanya tidak akan serumit ini. Ingin rasanya membuka kebusukan wanita itu, tetapi Naka masih ingat dengan ucapan Andrea. “Andrea?” Naka baru sadar dengan keberadaan kekasihnya. “Aku lupa kalau Andrea ada di atas.” Naka bergegas menaiki anak tangga. Ia mencari keberadaan Andrea. Membuka kamar yang biasa ditempati wanita i