CRYSTAL

567 Kata
Bianca baru saja akan menyerahkan setumpuk berkas yang harus ditanda tangai oleh Elino, saat tak sengaja ia menatap wajah tegang Elino yang nampak bingung, sudah hampir lima menit cowo itu terdiam dengan handphone masih menempel dipipinya. Cowo itu seakan membisu mendadak, dan itu jelas menarik keingin tahuan Bianca.   "No, dijawab tuh, kayanya dari tadi dia halo halo trus, kasian dicuekin, siapa si?" tegur Bianca menyadarkan Elino. Elino terkesiap dan tampak gelagapan, cowo itu menatap Bianca cukup lama dan tanpa sebab segera berjalan keluar ruangan, meninggalkan Bianca yang kebingungan sendirian. Gelagat Elino tampak begitu berbeda dan seakan menyembunyikan sesuatu dari Bianca.   "Siapa si yang telephone. Kayanya private banget." gumam Bianca pada dirinya sendiri, hatinya terasa tak enak, ia merasa ada yang aneh dan ganjil.  "Ah bodo ah, urusannya kan bukan urusan gue, ngapain dipikirin." putus Bianca dan melanjutkan urusan kerjannya yang sebentar lagi akan rampung dirinya kerjakan. ***    "I miss you so much." Crystal berucap lirih disebrang sana, yang Elino sendiri tak tahu itu dimana.     "I know, kamu ada dimana sekarang?" tanya Elino pelan, takut kalau sampai ada yang mendengar percakapannya dengan Crystal.     "Aku di hotel, bisakah kamu kemari. Aku rindu dan ingin bertemu dengan kamu, No." pinta Crystal manja. Elino diam, bingung harus mengiyakan atau menolak karena posisinya sedang dalam pengawasan sang mami sekarang. "Aku sedang sibuk sekali, hmm... tapi aku usahakan besok mengunjunggimu. Kamu bisa kirim alamatmu ke w******p ku kan." putus Elino, Crystal disebrang sana terdengar mengeluh kecewa, tapi mau bagaimana lagi, ini semua demi kebaikan bersama.      "Baiklah. Aku menunggumu." Crystal mengakhiri panggilannya, dan seketika tubuh Elino bersandar pada tembok disebelahnya, kepalanya menunduk penuh kebingungan.    "Kenapa Crystal harus datang diwaktu yang tidak tepat?? Kenapa gadis itu tak bisa bersabar untuk waktu yang lebih lama? Setidaknya menunggu sampai aku kembali ke Toronto?" batin Elino seketika memprotes tindakan gegabah dari kekasihnya Crystal. Elino kembali memasuki ruangannya dengan wajah yang tampak kusut, sekembalinya dirinya kedalam ruangan, tatapan keingin tahuan Bianca menyergapnya. Elino yakin seratus persen kalau gadis itu akan menanyakan sebuah pertanyaan klise yaitu... "Siapa yang telphone? keliatannya tertekan gitu? Tukang tagih utang ya." sapa Bianca begitu Elino berjalan hendak masuk ke ruangannya, Elino menoleh lalu tersenyum dan menggeleng memberi jawaban.      "Bukan siapa-siapa." jawaban singkat Elino, seketika membungkam pertanyaan Bianca yang lain, Bianca mengganguk dan kembali menekuni layar laptopnya, walau sejujurnya karena sikap Elino yang berubah itulah konsentrasi Bianca menjadi buyar.    "Aku merasakan dia menyembunyikan sesuatu dari ku? Tapi apa itu? Dia bilang bukan siapa-siapa, namun aku ragu untuk percaya! perasaanku berkata ada yang salah disini. Ahh, sudahlah, jawabanya barusan membuat aku sadar aku tak berhak bertanya, toh siapapun orang itu dan apapun kepentingannya dia tak ada urusannya denganku!" Bianca menghela nafasnya, dirinya melamun menatap layar laptop yang menampilkan sebuah situs media sosial bernama f*******:. Pekerjaan Bianca sudah selesai dan sewajarnya jika dirinya diijinkan pulang sekarang. Ya lebih baik pulang daripada larut dalam masalah yang selalu silih berganti. Bianca mengetuk pintu ruangan Elino dan hendak berpamitan. Lagi-lagi, Bianca mendapati Elino tengah melamun diruangannya. "No, aku mau balik dulu kerjaan aku udah kelar." Bianca menghela nafas, sikap Elino makin ketara saja, namun Bianca mencoba untuk tidak peduli. Elino kaget saat teguran dari Bianca tiba-tiba ia dengar, laki-laki itu nampak gelagapan. "Apa tadi kamu bilang?" tanya Elino.  "Aku mau balik duluan, makannya kalo ada orang ngomong jangan ngelamun dong." sungut Bianca yang merasa teracuhkan.    "Ya maaf. Balik naik apa?  Aku malem ini pulang larut. Mau ketemu sama temenku, hm, jadi kamu nggak usah nunggu aku pulang ya." lapor Elino. Bianca mengganguk.     "Oke, hati-hati dijalan ya." restu Elino. Bianca mengerti dan segera berlalu pergi untuk kembali kerumah beristirahat. Meninggalkan Elino sendirian dalam kebingungannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN