22

846 Kata
Aji dan Puri sudah SAH menjadi pasangan penganti baru. Kini mereka berdua dan kedua keluarga besar itu sedang merayakan hari bahagia untuk Puri dan Aji. Hall room di Hotel berbintang lima itu menjadi saksi bisu bahwa status merek kini sudah berubah. Dari seorang teman menjadi sepasang pengantin baru. Dari atasan dan bawahan menjadi pasangan suami istri. Semua orang berbahagia, menikmati hidangan prasmanan yang sudah di siapkan banyak pilihan di meja sajian itu. Semua orang bisa memilih sesuai dnegan pilihan mereka masing -masing. eman kantor dan semua karyawan kantornya tidak ada yang tahu dan tidak ada satu pun yang di beri tahu kecuali sahabat Puri yang bernama Jenny. Awalnya Jenny juga sama sekali tidak percaya dengan kabar yang menurutnya terlalu cepat dan tidak mungkin terjadi itu. Bukan karena mereka tidak cocok atau tidak pantas bersama. Tapi, keduanya selama ini di niali bagaikan tikus dan kucing yang tak pernah bisa bersatu. Selalu saja ada ejekan, dan candaan receh. Ternyata malah menjadi suami istri. "Mas ...." panggil Puri di atas pelaminan. "Ya?" jawab Aji sambil menatap wajah Puri yang berseri. "Makasih ya? Sudah mewujudkan semuanya dengan baik dan lancar," ucap Puri pelan dan tersenyum. "Ini bukan misi. Ingat ini bukan misi atau tugas kantor. Ini adalah nyata, apa yang sebenarnya memnag ingin aku wujudkan untuk wnaita yang aku pilih dan aku sayang, yaitu kamu, Puri. Aku sennag jika kamu memang benar bahagia. Aku ikut bangga jika kamu memang benar merasa smeua ini berarti untuk kamu. Jangan pernah berubah dan tetap seperti ini. Karena aku menyukai kamu yang seperti ini bukan seperti yang lain atau seperti Marsha. Kita lupakan masa lalu kita dan kita jalani masa depan kita," titah Aji pada Puri. Aji langsung merangkul Puri dnegan erat. Mereka adalah pasangan yang paling berbahagia saat ini. Semua sudah sibuk mengisi perutnya masing -masing dan pasangan baru ini hanya puas bisa makan sepiring berdua saja. Tapi ini adalah awal mereka saling menyuapi dan memang agak ragu dan masih canggung. Ternyata beda ya, saat masih menjadi teman dan berubah menjadi suami istri. "Hei ... Kalian sudah menikah saja. Kok bisa sih? Jangan- jangan selama tuigas kalian melakukan hal aneh sampai akhirnya memutuskan menikah tiba -tiba?" tuduh Jenny pada Puri dan Aji yang saling berpandangan dan kemudian tertawa. "Hal aneh apa maksud kamu, Jenny? Kamu tuh suka ngadi -ngadi dan penyebar gosip murahan," ucap Aji pura -pura marah. "Ya gituan. Kayak di film -film dua puluh satu plus plus tuh. Begitu," ucap Jenny meliapt tangannya di depan d**a. Jenny belum memberikan selamat. Ia masih menunggu alasan Puri yang bisa menikah secara mendadak ini. Pasti orang mengira ini adalah sebuah kecelakaan. "Ceritanya panjang Jen. Ini juga jangan sampai membuat gempar di kantor. Tolong rahasiakan ya? Puri belum siap. Mereka tahunya Puri menikah dengan orang lain, Arka, tapi nyatanya pernikahan Puri di majukan dan dengan orang yang berbeda. Bakal tahu kan?Nyinyirnay orang kantor kayak gimana? Apalagi yang Puri nikahin adalah idola mereka. Bisa habis deh Puri," ucap Puri tertawa sambil melirik ke arah Aji yang ikut tersenyum. "Pernikahannya di sembunyikan tapi tidak dengan hubungannya. Mas mau kita tetap mesra dan romantis. Terseerah orang mau bilang apa? Yang penting kita tahu kita ini SAH," tegas Aji pada Puri yang tak bisa berkutik. Kemarin saja, tangannya di genggam terus tanpa di lepas. Itu masih pacaran. Gimana sekarang sudah menjadi suami istri? Pasti Aji akan lebih posesif pada Puri dan menjaga Puri dari Arka yang sepertinya akan tetap datang dalam kehidupan Puri. Begitu juga Marsha. "Oke. Selamat buat kalian berdua. Semoga bahagia dan selamat menempuh hidup baru dengan pasangan baru dan cepat punya momongan," ucap Jenny ikut bahagiaa dan menyalami Aji lalu Puri secar bergantian. "Makasih ya Jen. Aku hutang cerita. Besok di kantor kita ghibah. Secara kan tugas kantor udah kelar," ucap Puri sennag. "Ekhemm ... Kayaknya loe gak bakal bisa ghbah deh Ri. Hidup loe akan di pantau dan di buat gak nyaman," ucap jneny tertawa keras. Ha ... ha ... ha ... Suara tawa Puri terdengar renyah sambil melirik ke arah Aji yang ikut tersipu amlu. Aji adalah atasan mereka yang agak tegas terhadap bawahannya. Ia paling gak suka di jam kantor ada yang berkumpul di satu meja dan ghibah bersama sambil makan, walaupun pekerjaan mereka sudah selesai. "Takut sama Pak Aji?" ucap Puri tertawa lagi dengan keras. "Hemmmm ... Kalian ya? Paling suka bicarakan saya kan?" ucap Aji pelan. Aji tahu, kalau semua bawahannya pasti tak menyukai sikap tegasnya. tapi itu cara meningkatkan kualitas mereka dengan di siplin waktu dan efisiensi dalam mengerjakan pekerjaan kantor. "Hemmm ... Kmearin Pak Chow bawa dua anak baru, dan perlu di bimbing sama Pak Aji. Awas lho Ri. Berawal di bimbing dan akhirnya ...." ucap Jenny tertawa keras sambil mengedipkan satu matanay pada Puri. "Gak usah cari bahan masalah Jen. Kita masih baru, peluang berdebat banyak ini. Aku masih mau manis -manis dulu sama Puri. Lagi pula udah pake cincin, gak bakal juga mau cari yang lain, Puri aja sudah cukup sempurna untuk melengkapi hidup aku," jawab Aji penuh rasa bahagia dan ... cup ... Aji mencium pipi Puri dnegan spontan. Sontak membuat Jenny iri dengan kejadian itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN