Beberapa bulan kemudian.... "Aw! Pelan-pelan, Sayang," pekik Elina. Lingga hanya bisa terkekeh sembari terus melakukan kegiatannya. "Ih! Bisa pelan-pelan nggak, sih?" Elina terus memprotes. "Bisa diam atau perlu dicium dulu nih?" "Ya makanya pelan-pelan, kalau berdarah gimana coba?" jawab Elina, sedikit meringis. Melihat ekspresi Elina, jelas Lingga makin gemas. "Ini juga udah pelan-pelan, Sayang." Elina menarik tangannya yang semula digenggam Lingga. Ia memperhatikan kuku-kuku yang baru saja dipotong oleh kekasihnya itu. "Mana? Ada darah?" tanya Lingga. Elina tersenyum dan menatap Lingga yang kini sedang meletakkan gunting kuku di atas meja. Setelah itu, Lingga menyandarkan punggungnya di sofa empuk yang mereka duduki. Malam Minggu kali ini mereka sedang ada di rumah Elina, duduk