“Saya tetap tidak mau, Pak.” Jenar lagi-lagi menekankan ucapannya. “Tanda tangan kontrak satu tahun dengan Bapak saja sudah membuat hidup saya tidak tenang. Kalau sampai menikah sama Bapak dan saya jadi tokoh utama karena menikahi orang penting, bisa-bisa saya tidak tahan hidup.” “Cih.” Dean menatap Jenar tak suka, tetapi tak juga melepaskan genggaman tangannya. “Memangnya kenapa kalau punya suami orang penting? Bukankah kamu jadi merasa penting juga?” “Beda cerita, Pak.” “Pokoknya, kalau kamu berubah pikiran satu atau dua tahun lagi, datang saja padaku. Aku masih akan tetap menjadikanmu istri.” Dean menyudahi omong kosongnya dan membuat Jenar terperangah. Gadis itu benar-benar tidak bisa menebak isi pikiran sang bos dan sekarang Jenar bertanya-tanya, bagaimana jika dia tidak pernah be