DI ranjang besar dan mewah di kediaman panglima di Istana Rajpur, Imdad dan Chandni memadu dalam percintaan yang menggebu-gebu. Malam yang sepi dan dingin menjadi berisik dan panas bagi dua orang yang melekap dalam penyatuan terkhidmat bagi pecinta. Paha Chandni terbuka lebar dan tungkai kakinya melingkari pinggul Imdad yang duduk mengasuhnya. Keperkasaan pria itu menumbuk dalam-dalam cawannya, melelehkan madu bersiap menyemai benih. Tubuh Chandni bergetar cepat berderai peluh. "Suamiku ...," desahnya tanpa bisa berpikir jernih. Seluruh Inderanya dikuasai Imdad. Suara, napas, sentuhan, rasa, dan gejolak, semuanya adalah milik Imdad. "Sebentar lagi, sayang ...." Imdad balas mendesah. Kedua tangannya meraup dua gundukan dara Chandni, menggiling puncaknya hingga gadis itu tak bisa berhenti

