SETELAH api percintaan itu redup, Imdad tidak juga bergerak dari atas tubuhnya, Chandni berkial-kial sedikit untuk turun dari ranjang. Namun genggaman kuat Imdad di kedua lengannya membuat Chandni terkejut. “Su-su-suamiku, lepaskan. Chandni ingin membasuh diri sebentar ....” Imdad mengangkat wajahnya dan menatap Chandni dengan mata gelap dipicingkan. “Tidak, kau tidak boleh ke mana-mana!” tegas Imdad. Sebelum Chandni sempat protes, Imdad memasukkan batang kejantanannya yang baru mulai mengeras ke liang taman surga Chandni. Ia mengunci posisi Chandni di bawahnya. Gadis itu mendesah terkejut sekaligus terdadak oleh desakan organ pria. “Tuan Imdad, kenapa Anda melakukan ini?” rengeknya. “Aku ingin memperbesar peluang membuatmu hamil.” “Ah?” Wajah Chandni merah padam mendengar jawaban itu.

