Tiga tahun kemudian. Arnesh sedang berkacak pingging di depan pintu sebuah kamar resort saat melihat seseorang yang ia kenal, berdiri dengan memasang raut wajah tidak bersalah. Mencoba mengeluarkan senyum agar Arnesh tidak murka. Bagaimana tidak, datang tanpa pemberitahuan dan tiba-tiba menghubungi lalu memberi kabar sudah berada di resort yang sama dengan tempatnya menginap. Rasanya Arnesh ingin sekali menyeret adiknya ke bandara agar pulang ke Jakarta. “Siapa yang kasih izin kamu datang ke sini nyusul saya?” tanya Arnesh pada Claire. Wanita itu meringis canggung. “Nggak ada, Mas. Tapi aku sudah izin sama papaku buat nyusul Mas ke Lombok.” “Saya tidak peduli kamu izin dengan papa kamu atau siapa. Yang jelas saya tidak kasih izin kamu ke sini.” “Mas, aku lagi jadi pengangguran, jadi b