Arnesh masih belum mampu menggerakkan kakinya ketika Eve juga melihat keberadaannya. Apalagi saat anak laki-laki yang usianya mungkin baru dua tahun, datang dari belakang. Berlari dengan langkah yang mungil menghampiri Eve. Mengangkat tangan dan meminta untuk digendong. Sungguh, ini pemandangan yang tidak pernah Arnesh bayangkan sebelumnya. “Apa dia sudah menikah dan punya anak?” batinnya. Maka dengan sisa kewarasan, perlahan Arnesh berjalan mendekati Eve. Wanita itu sama terkejutnya dengan dirinya. Bagaimana tidak, tiga tahun bukan waktunya yang singkat. Alasan dari kepergian wanita itu, masih menyisakan tanda tanya besar baginya. “Kamu di sini? Sejak kapan, Eve?” Raut wajah Eve nampak tidak suka dengan pertemuan mereka. Wanita itu memalingkan wajah dan tidak menjawab pertanyaan dari