Di dalam ruangan yang cahayanya remang-remang dan suara kipas angin yang khas, menemani malam Eve di kamar kosnya. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, tapi kantuk belum kunjung datang. Sudah berganti berbagai posisi, demi menjemput tidur yang lelap, semuanya percuma. Eve tidak mampu berhenti memikirkan pria yang ia tinggalkan di apartemen dalam keadaan sakit. Bayangan Arnesh terus muncul, dan sangat mengusik hati Eve. Eve membuang napas kasar. Menatap langit-langit kamar kos yang terdapat sarang laba-bara padahal baru tadi dibersihkan. Tetapi bukan itu yang membuatnya takut, melainkan khawatir akan kesehatan Arnesh. “Harusnya aku nggak pulang walaupun dia kasih izin. Dia ketus karena salahku, wajar saja.” Lantas Eve beranjak dari tidurnya. Memutuskan untuk mengambil ponsel di atas meja. S