“Permisi, Tante. Nola nya ada?” tanya Tara begitu pintu kayu di depannya terbuka. Tara menahan ringisan melihat wajah terkejut mama Nola. Apalagi ketika wanita paruh baya di depannya tidak langsung menjawab. Yang mama Nola lakukan justru menyisir penampilannya dari atas hingga ke bawah. Tara bergerak kikuk. Mengingat rambutnya yang masih tergulung asal ke atas, tara buru-buru menarik karet rambutnya, kemudian merapikan rambut dengan jari-jari tangannya. “Tante ….” “Oh, maaf … maaf. Kamu mengejutkan Tante, Tara. Ayo, ayo masuk. Nola masih molor. Sana, kamu bangunin. Anak itu kebangetan. Susah sekali dibangunkan.” Mama Nola mambuka daun pintu lebih lebar. Melangkah ke samping untuk memberi jalan pada Tara masuk ke dalam rumahnya. Tara tersenyum. “Terima kasih, Tante.” Tara melangkah masuk