“Seandainya dari awal kita tidak tinggal di rumah papa, mungkin saat ini kita sudah bahagia. Kita sudah menjalani pernikahan seperti sewajarnya pasangan suami istri.” Tara mengangguk membenarkan. “Salahku. Dari awal niatku menikahimu salah. Sekarang Tuhan sedang menegurku. Aku harus merasakan penderitaan. Bisa memelukmu, tapi, tidak bisa menciummu. Apalagi yang lainnya.” Arga mendesah. Ia menganggap keputusan Tara meminta waktu sebagai hukuman dari Tuhan karena dia sudah mempermainkan niat sebuah pernikahan yang sakral. “Aku sudah minta mbak di rumah untuk mencari tahu soal itu. Dia akan memberitahuku nanti.” “Soal dia bulan ini sudah menstruasi atau belum?” tanya Tara memastikan. Tara menghembus napas pelan melihat suaminya mengangguk. Wanita yang baru saja selesai merapikan kertas-ke