“Mas, nanti jam istirahat aku ke tempatmu. Kita makan bareng.” Arga masih belum terbiasa mendengar cara Tara memanggilnya dan bicara dengannya. Setelah keputusan mengubah hubungan mereka dari teman menjadi kakak adik, cara bicara Tara berubah. Yang terdengar di telinga Arga, Tara jadi lebih manja. Tara juga lebih banyak bicara, seolah tidak ada lagi yang wanita itu tahan. Pria itu hanya diam saat Tara berpamitan kemudian turun dari mobil. Arga menghembus pelan napasnya. Hotel sudah ramai. Banyak orang terlihat hilir mudik keluar masuk bangunan pencakar langit tersebut. Arga masih belum mengalihkan pandangan mata dari sosok yang pagi ini terlihat sangat feminin dengan setelan blazer dan rok span sepanjang di bawah lutut berwarna coklat. Kaki Tara sudah benar-benar sembuh. Wanita itu suda