Part 72

2165 Kata

“Pa ...” Naya remaja berkaca-kaca menatap wajah sang Papa yang orangnya sedang Naya halangi, tak dia izinkan untuk pergi, sedangkan koper sudah di genggaman tangan lelaki itu: pria yang telah menyumbangkan s****a pada rahim ibunya. “Papa serius mau ninggalin Naya?” Tidak, dia tidak menangis. Hanya menahan desakkan air mata yang ingin jatuh saat itu juga. Papanya pun meluruh, berlutut menangkup wajah putri tunggalnya. Naya masih berseragam SMP kala itu. Sorotan mata keduanya saling beradu. Ayah dan anak yang sudah tak lagi bisa berada dalam satu atap. “Sayang ...” Begitu lembutnya. Kening Naya pun dikecupnya. Manis. Tapi hati mereka teriris. Yang Naya perhatikan, Papanya lanjutkan, “Nanti ... kalo Naya udah dewasa, Naya akan paham situasi orang tua Naya yang kayak gini. Mama sama Pa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN