Ya, istri. Naya sudah jadi istri. Sakha pun sudah menjalani peran sungguhannya sebagai suami. Meski belum dapatkan pekerjaan yang pasti, Sakha merasa rumah tangganya dengan Naya tak ada cela. Ini terlalu tenang. Mendekati sempurna. Tidak ada naik turunnya. Ah, bukan. Tapi belum ada. Sungguh, teramat datar. Meski seluruhnya terisi dengan segala kegiatan mesra. Sampai tiba di acara bulan madu mereka, telah pamitan kepada Mama Rahee dan Papa Altarik, Naya minta bulan madu ke puncak. Tiba di sana dan menikmati dinginnya udara pegunungan. Kini Sakha duduk di samping istrinya dengan bahu yang jadi tempat Naya bersandar. Mereka menginap di vila keluarga. “Bang.” “Hm?” Teramat tenang. Betul-betul tenang setenang urusan rumah tangga mereka. “Kenapa mau sama aku?” “Maksudnya?” Naya mendong