Begitu mengistirahatkan diri, waktu di mana Sakha berhenti. Naya tidur menyamping dan sedang Sakha rengkuh pinggangnya. Naya mainkan jemarinya di d**a Abang yang bidang. Dia bertanya, “Sebenernya sejak kapan Abang suka sama aku?” Sementara mata Sakha mulai terpejam, namun tidak benar-benar terlelap. “Ada lah,” jawabnya pelan. Bibir Sakha berhadapan dengan kening istrinya. Tidak puas dengan itu, Naya memprotes. “Jawab, Abang! Jangan ada lah.” “Harus banget?” “Hm. Sejak kapan?” Sakha memilih bungkam. “Abang?” Yang Sakha buka kelopak matanya, saat itu Naya mendongak, membuat lensa mereka bertemu tatap, mengikat lekat, pandangan yang saling memikat. “Kalo kamu natap Abang kayak gitu,” menjeda. Sakha basahi bibirnya sebelum lanjut bicara, “Abang jadi pengin lagi.” Membuat Naya m