“Harusnya kita nggak ikut campur urusan rumah tangga anak,” gumam Rahee. Dia menggigit bibir. Adrian menyusut mulutnya dengan tisu. Sedang Altarik melegut air putihnya dengan tenang. “Lagian Abang tetep berpenghasilan, walau kesan kayak pengangguran, peduli amat sama ‘normal’, kalau gara-gara itu ... rumah tangga Abang jadi keguncang.” Yang Rahee tatap wajah suami. Dia mengembuskan napas pelan sebelum kemudian lanjutkan, “Kita masuk terlalu jauh kan, Pa? Abang jadi terima apa pun dan di mana pun kerjaannya demi penuhi petuah kita waktu itu. Dia nggak memilah-milah dan mempertimbangkan risiko.” Ah, Rahee merasa bersalah. Adapun dia sebagai orang tua, boleh saja berikan kritik dan saran, tapi nggak perlu tuntutan. Apalagi kasusnya ... anak itu sudah punya bahtera sendiri. Kacau, beranta