Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dalam satu waktu Naya dilamar oleh dua lelaki yang lahir dari satu rahim yang sama, anggap saja begitu meski lamaran Abi masih belum bisa diraba. Jantung Naya deg-degan parah. Oh, ini bukan karena Abian. Melainkan sebab Sakha yang begitu tiba-tiba dan tidak ada aba-aba. Hingga di kamarnya, Naya menatap ngeri sosok Abang yang terlihat dari kaca tembus pandang, sedang menyesap kopi dengan tenang, juga membalas tatapan Naya di kamar. Sial! Naya harus ganti kaca kamarnya jangan sampai tembus pandang begini, repot, seakan tidak ada privasi, dan Naya harus menutup selalu gordengnya. Ah, gordeng itu memang selalu ditutup sih sewaktu ada mama. Karena kamar Naya kebanyakan dibuat dengan berbahan dasar kaca. Cahaya yang di dapat biasanya dari jendela atas, bukan yang dekat pintu dan melebar mengg

