Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sena menggigit bibir bagian bawahnya lagi dan kali ini tidak menutup – tutupi rasa kekecewaan di hati. Di tatapnya Arata yang tengah mengatur pernapasannya untuk ke sekian kali, setelah suaminya itu mendapatkan pelepasannya. Sena memilih turun dari ranjang dan memunguti satu persatu pakaiannya, lalu memakainya dengan cepat. Dia segera keluar dari kamarnya bersama Arata menuju kamar Natasha dan menumpahkan isak tangisnya di dalam sana. Bagaimana ia tidak kecewa? Untuk kesekian kali Arata mendapatkan puncaknya, sedangkan Sena tidak. Dan Arata tidak berencana memuaskannya karena suaminya itu sudah terlanjur kelelahan. Ini sudah hampir dua bulan, sampai kapan harus seperti ini? Batin Sena pilu dalam tangisnya. ** "Maaf, semalam aku tidur lebih dulu." Ujar Arata sembari melingkarkan tangan