Part 24

1592 Kata

Pancaran kerinduan itu memang sengaja tidak ditutup – tutupi Septian. Pria paruh baya itu bahkan sampai menitihkan air matanya. Dia begitu merindukan putrinya, Sena-nya yang malang, Sena-nya yang diam – diam ia sebut namanya di setiap doa yang dipanjatkan Septian. “Kamu baik – baik saja, Nak?” Tanya Septian setelah memeluk Sena sebentar. “Baik, Pa. Papa apa kabar, sehat?” “Sehat.” Ternyata, seberapa keras Sena menyangkalnya, dia benar – benar merindukan Septian. “Kok nggak bawa stoller?” “Sena nanti kesusahan bawa koper kalau bawa stoller, Pa. Barang – barang Natasha cukup banyak yang harus di bawa.” “Nanti Papa belikan stoller buat cucu Papa ya, Nak?” Sena hanya mengangguk saja, dia tidak enak menolak tawaran Septian. “Papa bantu bawa kopernya. Natasha tidur dari kapan?” “Dari seb

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN