Chapter 8

1691 Kata
‘Dia ... wanita yang kemarin.’ Delwyn membatin. “Selamat pagi, Dok,” sapa dua orang perawat pada wanita yang tak lain adalah Olivia. “Pagi,” balas Olivia kemudian melanjutkan langkahnya. Pandangan Delwyn lantas mengikuti langkah Olivia yang kini melangkah menjauh. “A, Anda tidak masuk?” tanya seorang perawat dari dalam lift yang mengalihkan perhatian Delwyn. Pria itu lantas mengulas senyum yang membuat wajah kedua perawat tersebut memerah. Setelahnya, Delwyn pun masuk ke dalam lift. “Kak, aku ingin bertanya. Siapa dokter tadi?” bisik salah satu perawat di belakang Delwyn. “Dia? Dia dokter Olivia Marioline. Asal kau tahu, dia adalah satu-satunya dokter spesialis termuda dan sangat berharga di rumah sakit ini. Bayangkan saja, dokter Olivia menyelesaikan pendidikan dokter spesialisnya di usia 23 tahun. Walaupun saat ini dia hanya bekerja di satu bidang, tapi beberapa dokter dari bidang lain biasa mencarinya untuk meminta bantuannya atau bertanya mengenai masalah tertentu. Dan tentu saja, sampai saat ini belum ada yang pernah mendengar kata ‘tidak tahu’ dari dokter Olivia,” jelas perawat lainnya. “Bukan hanya itu, dia juga terlahir dari keluarga dokter secara turun temurun. Di keluarganya, tidak ada yang bukan dokter. Mulai dari kakek buyut, hingga orang tua dan saudara-saudaranya adalah dokter spesialis,” lanjutnya. “Benarkah? Wah! Dokter Olivia benar-benar sangat beruntung!” “Dari pada beruntung, mungkin bisa dikatakan itu adalah takdir. Jika hanya mengandalkan keberuntungan, dokter Olivia tidak akan secerdas sekarang.” “Benar juga. Lalu, tadi Kakak bilang kalau orang tua dan saudara dokter Olivia juga dokter. Apa mereka juga bekerja di rumah sakit ini?” “Tidak. Mereka semua berada di luar negeri. Sementara dokter Olivia memutuskan untuk menetap di sini bersama Neneknya yang sudah pensiun.” “Kenapa dia memutuskan untuk menetap di sini dan bukannya ikut ke luar negeri?” “Kalau itu, aku juga tidak tahu. Dan sampai sekarang juga tidak ada yang tahu alasannya. Termasuk dokter Doddy yang merupakan sahabat dokter Olivia.” “Baiklah. Tapi, sepertinya dia orang yang sombong. Dia bahkan tidak tersenyum saat disapa tadi. Apa karena dia terlahir dari keluarga terhormat, jadi dia menjadi sombong?” Perawat satunya lantas terkekeh mendengar hal tersebut. “Dokter Olivia sama sekali bukan orang yang sombong. Tapi, wajar kalau kau salah paham. Kau baru bekerja di sini beberapa hari dan belum mengenalnya. Raut wajah dokter Olivia memang selalu datar. Aslinya dia sangat baik dan ramah pada pasien dan beberapa orang terdekatnya saja. Sementara untuk orang lain, dia menghargainya dengan membalas sapaan mereka. Seperti tadi.” “Ternyata begitu. Ting! Delwyn langsung melangkahkan kakinya keluar begitu pintu lift terbuka di lantai tujuannya. Namun, baru beberapa langkah, kaki Delwyn berhenti. “Tidak kusangka dia secerdas itu. Tapi, takdir? Jelas-jelas dia hanya beruntung bisa terlahir di keluarga terhormat itu,” gumamnya lagi. “Jadi, namanya Olivia,” gumam Delwyn dengan alis terangkat. “Hm .... Benar-benar nama yang indah seperti artinya. Walaupun sifatnya sangat berbeda jauh dengan namanya.” “Tapi, aku semakin penasaran dengannya.” Delwyn lalu menyeringai kemudian langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar inap Kenia. “Aunty!” seru Delwyn begitu masuk ke dalam kamar Kenia dan melihat wanita paruh baya itu duduk bersandar di tempat tidur. “El,” balas Kenia seraya mengulas senyum. Tanpa basa-basi, Delwyn langsung memberikan pelukan hangat pada Kenia. “Sepertinya sudah cukup lama aku tidak bertemu denganmu. Dan kamu sudah terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Apa kamu sedang diet?” tanya Kenia sembari mencubit sebelah pipi Delwyn. “Aku sama sekali tidak diet. Mungkin bertubuh kurus adalah karismaku,” gurau Delwyn yang seketika mendapat cubitan di hidungnya. “Karisma apanya? Kamu menjadi kurus begini membuat Mommy dan Aunty khawatir,” ucap Kenia. “Dari pada mengkhawatirkanku, keadaan Aunty lebih penting. Dan lagi, bagaimana bisa Aunty baru mengabari tadi pagi kalau Aunty sakit dan masuk ke rumah sakit?” omel Delwyn. “Sudah Aunty bilang kalau ini hanya demam biasa. Lagi pula, Aunty juga sudah hampir pulih. Paling, besok Aunty sudah boleh pulang ke rumah,” jelas Kenia. “Sekarang Aunty bisa bersyukur karena hanya mengalami demam. Bagaimana kalau nanti sakitnya lebih parah dari demam?” omel Delwyn. “Cycy, putramu ini benar-benar sangat cerewet,” adu Kenia pada Macy. “Kalau tidak cerewet, Aunty tidak akan mendengar,” tukas Delwyn. “Sudahlah, El. Aunty-mu sedang sakit. Kamu mengomel begitu malah membuatnya jadi semakin sakit,” sahut Macy. “Hah. Mommy selalu membela Aunty dari pada El,” rajuk Delwyn. “Bukankah Mommy-mu juga selalu membelamu dari pada Daddy-mu?” ujar Kenia yang membuat Delwyn terkekeh. “Benar,” ujar Delwyn. “Kalian ini sama saja,” decak Macy seraya menggelengkan kepala. “Dan itu adalah kalimat yang selalu Mommy ucapkan saat aku dan Daddy bertengkar,” ujar Delwyn. “Benar,” ucap Kenia yang membuat Macy mendengus. “Eh! Aunty lihat, aku bawa buah dan roti kesukaan Aunty,” ujar Delwyn sembari memperlihatkan isi dari paper bag  yang ia bawa. “Kamu memang yang paling mengerti Aunty,” ucap Kenia. “Tala,” panggil Kenia pada seorang gadis remaja berusia 21 tahun yang tengah duduk di sofa sembari bermain ponsel. Tala adalah anak semata wayang Kenia. “Iya, Ma?” sahut Tala. “Tolong kupas buahnya untuk Mama,” pinta Kenia. “Iya,” ucap Tala patuh kemudian beranjak dari duduknya menghampiri sang Ibu. “Oh, Tala juga ada di sini?” tanya Delwyn. “Cih! Jahat. Jelas-jelas tadi kamu melihatku saat masuk,” rajuk Tala cemberut yang membuat Delwyn terkekeh. “Iya, iya. Maaf,” ucap Delwyn sembari mencubit pipi berisi Tala. “Sakit,” ketus Tala seraya menarik tangan Delwyn dari pipinya. “Sakit? Padahal aku baru mau memberimu hadiah atas kepulanganku kali ini dari London,” goda Delwyn. “Hadiah?! Hadiah apa? Mana hadiahnya?” seru Tala antusias dengan wajah berbinar. “Dasar!” cibir Delwyn sembari mencubit hidung Tala gemas. “Setelah Aunty keluar rumah sakit, datanglah ke mansion.” “Baik!” seru Tala. “Tala sayang El!” serunya lagi kemudian mengecup pipi Delwyn. Setelahnya, Tala pun langsung beranjak dari sana seusai mengambil paper bag yang Delwyn bawa. “Kamu terlalu memanjakannya, El,” sahut Kenia. “Tidak apa-apa, Aunty. Tala juga adikku,” ujar Delwyn. ------- “Anda sudah kembali,” sambut Ella ketika melihat Olivia. “Iya,” balas Olivia sembari mengulas senyum. “Dok, tadi Dokter Ari datang mencari Anda. Tapi, karena Anda tidak ada di ruangan, jadi Beliau langsung pergi. Padahal aku sudah bilang kalau Anda hanya pergi ke toilet sebentar,” lapor Ella yang mengikuti Olivia masuk ke dalam ruangan wanita itu. “Mencariku? Apa dia meninggalkan pesan?” tanya Olivia. “Tidak. Beliau hanya berpesan agar aku memberitahu Anda kalau dia datang dan menyuruh Anda untuk menemuinya,” jawab Ella. ‘Apa ada masalah penting?’ batin Olivia. “Masih ada berapa pasien lagi yang menunggu?” tanya Olivia. “Masih ada 6 orang lagi, Dok. Dan semuanya pasien rawat inap,” jawab Ella. “Baiklah. Kalau begitu hubungi dokter Ari kalau aku akan menemuinya setelah menyelesaikan konsultasi hari ini,” pinta Olivia. “Baik. Dokter Ari juga tadi berpesan kalau Anda tidak perlu buru-buru, karena ini bukan masalah mendesak,” ujar Ella. “Baguslah. Tapi, kau harus tetap menghubunginya,” ucap Olivia. “Baik,” ujar Ella. “Kalau begitu, apa sesi konsultasinya sudah bisa dimulai sekarang?” tanyanya. “Iya,” jawab Olivia. ------- Beberapa jam berlalu dan kini Olivia telah menyelesaikan semua sesi konsultasinya. Ia lalu meregangkan kedua tangan ke atas kemudian melihat jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 5 sore. “Apa Ari masih di rumah sakit?” gumam Olivia. Tak ingin menduga lebih lama, Olivia pun mengambil ponsel dari saku jasnya kemudian bergegas menghubungi Ari. “Halo,” sapa Ari dari seberang telepon. “Halo. Tadi Ella memberitahuku kalau kau mencariku. Ada apa?” tanya Olivia. “Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memberitahu sesuatu padamu,” jawab Ari. “Apa?” tanya Olivia. “Apa kita bisa bertemu langsung. Kebetulan aku masih di rumah sakit,” ucap Ari. “Baiklah. Kalau begitu aku akan segera ke ruanganmu,” ujar Olivia. “Tidak perlu. Biar aku yang ke sana,” tolak Ari. “Baiklah,” ucap Olivia yang setelahnya sambungan telepon mereka pun terputus. Ceklek. “Dok, Anda tidak pulang?” tanya Ella. “Tidak. Aku akan bertemu dengan dokter Ari. Kau pulang saja duluan,” ucap Olivia. “Yes, Sir,” ujar Ella kemudian pergi dari sana. Olivia lalu mengulas senyum kemudian berdiri dari duduknya. Melepas jas dokternya lalu menggantung jas tersebut di tiang gantung. Setelah itu, Olivia kembali duduk di kursinya untuk menunggu kedatangan Ari. Sembari menunggu kedatangan pria itu, Olivia memutuskan untuk bermain ponsel. Tok... Tok... Tok... Ceklek. Olivia mengulas senyum ketika melihat Ari mengintip ke dalam ruangannya. “Masuklah.” “Baik, Dokter,” goda Ari yang membuat Olivia menggelengkan kepala. “Apa yang kau lakukan? Duduklah,” pinta Olivia ketika melihat Ari hanya berdiri di depan mejanya. “Baik, Bu Dokter,” goda Ari lagi. “Hentikan. Tidak lucu sama sekali,” ucap Olivia yang membuat Ari terkekeh. Pria itu pun langsung duduk di hadapan Olivia. “Omong-omong, kau bilang ingin mengatakan sesuatu? Apa itu?” tanya Olivia. “Kau benar-benar tidak bisa basa-basi, ya,” gumam Ari seraya mengulas senyum tipis. “Tidak bisa. Nenek pasti sudah menungguku pulang dan aku akan kena omelannya kalau pulang malam lagi,” ujar Olivia yang membuat Ari kembali terkekeh. “Sepertinya semakin hari Nyonya Madeline semakin protektif terhadapmu,” ucap Ari. “Kau benar,” ujar Olivia membenarkan. “Lalu, apa yang ingin kau katakan?” tanyanya. Selama beberapa saat, Ari hanya membisu dengan kepala menunduk. Wajahnya terlihat gelisah dengan kening yang sedikit mengerut. Melihatnya saja membuat Olivia bisa menebak apa yang pria itu pikirkan. ‘Tidak mungkin!’ batin Olivia mencoba membantah apa yang saat ini ada di kepalanya. “Ada apa? Kau memiliki masalah? Katakan saja. Aku akan membantumu sebisaku,” sahut Olivia yang membuat Ari menengadahkan kepala dan langsung “Olivia,” gumam Ari memberi jeda. “Aku menyukaimu, Olivia.” Dan tanpa mereka sadari, Delwyn yang berada di balik pintu sejak tadi telah mendengar pernyataan tersebut. ------- Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN