Chapter 7

1132 Kata
“‘Nek, Oliv berangkat kerja dulu,” pamit Olivia kemudian mengecup pipi sang Nenek. “Sekarang? Tapi, kamu belum sarapan,” ujar Madeline. “Walaupun kamu sibuk di rumah sakit, tapi kamu tetap harus sarapan dulu sebelum berangkat. Belakangan ini Nenek tidak pernah melihatmu makan. Nenek takut kalau kamu jatuh sakit.” “Tenang saja. Oliv sudah minta Bibi untuk membuatkan bekal sarapan untuk Oliv. Jadi, Oliv bisa sarapan di mobil,” ucap Olivia seraya mengulas senyum. “Kamu ini memang tidak pernah bisa membuat Nenek tidak khawatir sehari saja. Bagaimana bisa kamu makan sambil menyetir? Yang ada bukan kamu yang menyembuhkan pasien, tapi kamu yang dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulance. Makan sambil menyetir itu berbahaya, Olivia,” omel Madeline. “Iya, iya. Oliv mengerti. Kalau begitu, Oliv akan makan sarapan setelah tiba di rumah sakit,” ujar Olivia. “Kamu pikir masih sempat sarapan setelah tiba di rumah sakit? Kamu pasti akan langsung masuk ke ruangan untuk bertemu pasien. Mana sempat untuk sarapan?” tanya Madeline yang membuat Olivia menghela napas. “Ya, ampun. Untuk apa berpikir lama? Lebih baik kamu duduk sekarang dan sarapan bersama Nenek,” bujuk Madeline yang kembali membuat Olivia menghela napas. “Baiklah,” putus Olivia kemudian duduk di samping Madeline untuk sarapan. Ia tak memiliki alasan lain lagi untuk berangkat kerja lebih awal untuk menghindari macet. ------- “Mommy,” sapa Delwyn sembari memeluk sang Ibu dengan manja. Macy Allyson. “Kamu sudah besar, El. Berhenti bermanja-manja dengan Mommy,” tegur Will, sang Ayah. Pria paruh baya itu duduk di sisi lain Macy hingga membuat sang istri duduk di tengah. “Tidak apa-apa. Aku juga senang,” ujar Macy seraya mengusap pipi sang putra yang bersandar di pundaknya. Delwyn lantas memeletkan lidah pada Will yang membuat pria paruh baya itu mendengus. Lagi-lagi ia kalah dengan putranya sendiri. “Di antara anak kita, hanya El yang belum menikah. Jadi, momen seperti ini harus lebih dinikmati,” tutur Macy lembut. “El, sayang Mommy,” ucap Delwyn kemudian mengecup pipi sang Ibu cukup lama yang semakin membuat Will cemburu. “Oh, iya, El. Daddy dengar, sebelum kamu kembali ke Jakarta, sempat terjadi masalah yang cukup serius di perusahaan. Apa kamu sudah menyelesaikan masalahnya?” tanya Will sembari membalik lembaran korannya. “Mommy,” rajuk Delwyn pada sang Ibu seraya mengeratkan pelukannya. “Will,” tegur Macy. “Bela saja terus,” cibir Will yang membuat Delwyn tersenyum puas. “Hanya Mommy yang menyayangi El,” ucap Delwyn. “Daddy juga menyayangimu, El,” ujar Macy. “El, tidak percaya. Setiap kali El pulang, Daddy selalu cemberut dan sengaja mengungkit masalah perusahaan untuk mengomeli El,” adu Delwyn. “Itu karena kamu selalu memonopoli Mommy dari Daddy,” dengus Will. “Sama saja,” decak Delwyn. “Sudah, sudah. Jangan saling menyalahkan. Kalian berdua yang sama saja,” sahut Macy. “Mommy!” “Queen!” seru Delwyn dan Will bersamaan yang membuat Macy terkekeh. “Kalian benar-benar anak dan Ayah,” ujar Macy seraya mengulas senyum lebar. “Ehem!” deham Will. Sementara Delwyn hanya membisu sembari mengeratkan pelukannya pada sang Ibu. “El, hari ini kamu mau ke mana?” tanya Macy. “Tidak ke mana-mana. El mau di rumah saja temani Mommy,” jawab Delwyn. “Kenapa, Mom?” tanyanya. “Temani Mommy menjenguk Aunty Kenia di rumah sakit siang nanti,” jawab Macy. “Aunty sakit? Sakit apa? Kenapa Mommy baru bilang sekarang?” cecar Delwyn khawatir. “Mommy juga baru dapat pesan tadi pagi. Semalam Aunty masuk rumah sakit, karena tiba-tiba demam tinggi. Katanya tidak usah buru-buru datang. Lagi pula, sekarang juga belum waktunya jam besuk. Dan lagi, kamu sendiri tahu bagaimana Aunty-mu. Dia tidak ingin membuat orang khawatir,” tutur Macy. “Tetap saja. Kenapa Mommy tidak bilang dari awal saat menerima pesan Aunty?” rajuk Delwyn. “Bagaimana Mommy memberitahumu kalau kamu saja baru bangun jam begini,” sahut Will dengan pandangan yang masih tertuju pada korannya. “Daddy masih di sana? El pikir Daddy sudah pergi,” sindir Delwyn dengan sengaja yang membuat Will berdeham. “Sudah. Kalian ini selalu saja mencari kesempatan untuk bertengkar,” lerai Macy. “Daddy duluan,” adu Delwyn. “Daddy? Lalu, siapa yang sering menyindir duluan?” balas Will. “Daddy,” jawab Delwyn. “Lihat, Queen? Putramu ini selalu melemparkan kesalahannya padaku.” Kini giliran Will yang mengadu pada sang istri. “Memang kenyataannya begitu,” ucap Delwyn. “Hentikan. Lama-lama Mommy tidak tahan dengan pertengkaran kalian,” lerai Macy. “Tidak penting siapa yang melakukan duluan. Selama tidak ada yang membalas, maka rumah ini akan damai dan tentram,” lanjutnya. “Iya, Mommy. El, akan menuruti ucapan Mommy,” ucap Delwyn lembut yang membuat Macy mengulas senyum. “Dasar penjilat,” cibir Will. “Will,” tegur Macy dengan kerutan di keningnya. “Iya, iya,” ucap Will mengalah. “Tapi, apa Daddy juga akan ikut menjenguk Aunty?” tanya Delwyn. “Tidak, kebetulan siang ini Daddy akan pergi dengan salah satu mitra bisnisnya,” jawab Macy yang hanya dibalas anggukan oleh Delwyn. “Baguslah. Kalau begitu, El bisa bersama Mommy seharian tanpa diganggu oleh Daddy,” ucap Delwyn. “Queen, lihat,” adu Will. “El,” tegur Macy lembut. “Iya, Mom,” ucap Delwyn patuh. ------- “Ayo,” ajak Macy ketika ia dan Delwyn telah tiba di rumah sakit tujuan mereka. “Ini ...,” gumam Delwyn ketika melihat rumah sakit tersebut. Selama perjalanan, ia bahkan tidak sadar kalau rumah sakit tujuan mereka adalah rumah sakit tempat Alwi dirawat. “Ada apa, El?” tanya Macy yang mengalihkan perhatian Delwyn. “Ah! Tidak apa-apa, Mom,” jawab Delwyn seraya mengulas senyum. Setelahnya, mereka berdua pun langsung melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah sakit dengan Macy yang menggandeng lengan sang putra. Membuat mereka lagi-lagi sukses mengundang perhatian orang lain dengan visualisasi mereka. Bagaimana tidak? Delwyn yang berwajah tampan, serta Macy yang terlihat awet muda seperti masih usia 20-an. Bahkan tidak ada yang akan menyangka kalau wanita itu sudah hampir memasuki usia 50 tahun. Tak ayal, beberapa orang menyangka bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang terlihat serasi. “Astaga, Mom. Buah untuk Aunty ketinggalan di mobil,” rutuk Delwyn. “Mommy duluan saja. El akan menyusul setelah mengambil buahnya.” “Baiklah. Tapi, jangan lama-lama. Kamu masih ingat nomor kamarnya, ‘kan?” tanya Macy. “Iya, Mom,” jawab Delwyn. Tanpa berlama-lama, Delwyn pun bergegas kembali ke mobil untuk mengambil paper bag berisi buah dan roti kesukaan Kenia. Setelahnya, barulah Delwyn masuk ke rumah sakit bersama paper bag tersebut. Ting! Baru saja Delwyn hendak masuk ke dalam lift, kaki pria itu terhenti ketika melihat seorang wanita keluar dari lift dan melewatinya begitu saja. ‘Dia ... wanita yang kemarin.’ Delwyn membatin. ------- Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN