Kehadiran Vian disana tak urung membuat suasana berubah tak karuan. Semua mata tertuju ke dia, terutama orang-orang yang dulu dia panggil tante dan om. Akhirnya dia terang-terangan menunjukkan wajahnya setelah sekian puluh tahun menghilang. Sedikit membingungkan ketika posisi mereka jelas-jelas berseberangan sebagai lawan, tapi Vian yang kini sudah mengubah namanya jadi Rizal Alvarendra itu justru datang kesana. Bertemu dengan para om dan Tantenya, Vian tetap menyapa dengan sopan. Meski tidak banyak bicara, lalu duduk di samping Ezra dan memilih tetap bungkam dengan tatapan tertuju hanya ke Nay. Dia pura-pura tidak peduli dengan sorot mata menghujam Cello yang seperti ingin melemparnya keluar dari sana. “Otaknya ditaruh mana? Dia benar-benar tidak tahu malu seperti mamanya. Setelah semu