Suasana seketika semakin tegang. Anak buah Mateo dan Alec saling berhadapan dengan senjata di tangan. Meski tahu kalah telak, tapi Alec tetap kukuh pantang menjatuhkan harga dirinya di hadapan mereka. Dia masih berdiri angkuh menyambut Mateo yang melangkah mendekat ke arahnya dengan menggenggam sebilah samurai panjang. Bohong kalau dia tidak gentar. Terlebih disuguhi wajah dingin dan sorot mata tajam menghujam yang membuat Mateo terlihat seperti algojo siap membabat lawan. Sementara kelima orang penyerang Daren tadi sore masih terkapar babak belur mengenaskan di tengah-tengah mereka. “Sejak awal kamu yang selalu sikut sana, sikut sini. Mau curang ke siapa pun itu bukan urusanku, tapi jangan harap aku akan diam saat kamu mulai lancang mengusikku!” ucap Mateo berdiri berhadapan dengan Ale