Daren baru menginjakkan kaki di rumah, dan langsung disambut seru kaget istrinya. Nay menghambur memeluk suaminya dengan air mata berderai. “Abang kenapa?” Hanya itu yang terucap dari bibirnya, dan cuma sekali itu. Setelahnya dia diam tidak bertanya apapun lagi, meski tahu jawaban yang dia dapat dari suaminya jauh dari kata jujur. “Nggak apa-apa. Tadi waktu habis ngopi sama Ezra, di luar kafe ketemu anak berandalan lagi mabuk.” Itu jawaban dari Daren sembari menenangkan istrinya yang tampak syok. Jelas saja Nay syok. Pagi suaminya pamit ke kantor masih ganteng, sore pulang dengan kening diperban dan kemeja putihnya yang belepotan darah. Sedang Ezra yang mengantar pulang hanya cengar-cengir dan langsung pulang dengan membawa mobil Daren. Masih dengan kepala berdenyut pusing, Daren mer