Usai makan malam, Aira langsung ngacir ke kamar sementara Raka menghabiskan waktu bersama para anak kecil. Aira mendengar tawa Raka di antara tawa anak-anak kecil di ruang depan hingga ia merasa tak enak sendiri. Ia yakin Raka juga mengiranya tengah berbadan dua. Padahal, sekarang ia sedang datang bulan. Aira tak bisa tenang karena hal itu. Apalagi malam ini pasti Raka akan menyusulnya ke kamar. Tak mungkin pria itu tidur di depan. Aira menarik selimut lebih rapat ke tubuhnya. Ia benar-benar gugup sekarang. Namun, tak lama kemudian, ia tak lagi mendengar suara Raka maupun Miko. Barangkali keduanya sedang sholat di masjid lagi, pikir Aira. Rumah ini sangat kecil, bahkan tempat sholatnya. Beberapa menit kemudian, Aira mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Spontan, ia menatap ke arah