Mobil yang mereka tumpangi berhenti perlahan di depan sebuah rumah berlantai dua yang tampak tenang dan terawat. Bangunan itu dikelilingi tanaman hias yang rapi, masih seperti dulu, rumah itu tidak berubah, hanya saja, rasanya berbeda di mata Aleena. Kerinduan menyesakkan dadanya saat dia memandanginya dari balik kaca jendela mobil. Sudah lebih dari satu tahun dia meninggalkan tempat itu. Rumah masa kecilnya. Tempat segala tawa dan luka pernah tinggal. Andai saja niat melanjutkan kuliah di Jakarta tidak terlaksana, mungkin saat ini dia dan keluarganya baik-baik saja. Papanya pasti masih ... Aleena tidak bisa melupakan semua kesalahannya. Aleena menggenggam jemarinya sendiri yang dingin. Napasnya tercekat, dan entah mengapa, udara di dalam mobil mendadak terasa lebih berat. Agastya yan