“Hai, Kak Dhana.” Sapaan lembut yang keluar dari mulut gadis yang kini duduk di sampingnya itu, membuat raut wajah Azeil tiba-tiba berubah. Perasaan kesal, marah, bercampur rasa ingin tahu dengan apa yang sedang keduanya bicarakan, berhasil membuat Azeil mengatupkan rahangnya kuat. Pria itu mencoba memfokuskan pendengarannya, sembari mengurangi kecepatan laju mobil. “Alhamdulillah, baik. Gimana kabar lo, Kak?” tanya Dyra. Azeil sesekali melirik ke sisi kiri, berharap Dyra mau berbagi pembicaraannya bersama Dhana dengannya. Tatapan mata Azeil pun beralih pada tangan kecil yang sedang menggenggam sebelah tangannya, kemudian menghela napas frustasi. Dyra yang akhirnya menyadari perubahan sikap Azeil, menurunkan ponsel dari telinganya, lalu menekan simbol pengeras suara pada layar. “