Bab 7. Halo, Pak Suami!

1012 Kata
Keesokan paginya Agatha terbangun saat hari sudah cukup siang. Ia melirik ke sampingnya dan sontak terkejut karena masih berada di pelukan Jayden. Wanita itu menutup mulutnya kaget, karena tak ingin ketahuan semalam diam-diam tidur memeluk Jayden, ia buru-buru bangkit dan melompat dari sofa. "Aku harus pergi, aku harus pergi," gumam Agatha tergesa hingga tanpa sadar malah kakinya keseleo. "Akhhhhhhh!" Agatha berteriak keras, tubuhnya hampir saja terjatuh ke lantai tapi ternyata Jayden lebih sigap langsung menarik tangannya hingga terjatuh di pelukan pria itu. Agatha semakin terkejut, kini kedua matanya beradu dengan mata hazel Jayden yang menghipnotis. Bibirnya terbuka sedikit, tapi tiba-tiba saja Jayden mengecupnya sekilas membuat Agatha kaget bukan kepalang. "Lain kali berhati-hatilah, Nona. Tidak perlu terburu-buru seperti itu, kalau memang ingin, Nona juga tinggal bilang saja. Tidak perlu diam-diam datang dan memeluk saya," ucap Jayden sambil tersenyum manis. Mata Agatha terbelalak lebar, semburat merah menghiasi wajahnya yang cantik. Malu sekali rasanya karena tertangkap basah seperti. "Siapa bilang?" elak Agatha. "Semalam pasti aku mimpi makanya bisa tidur disini. Kau jangan kegeeran ya, Jay!" tuding Agatha menatap Jayden dengan serius. Jayden tersenyum tipis, tiba-tiba saja meniup wajah Agatha. "Eh!" Agatha sampai mundur ke belakang, hembusan napas itu menerpa wajahnya. "Nona tinggal bilang saja, Jay, aku ingin tidur memelukmu. Apa susahnya?" Jayden mengulas senyum mengejek. "Eh, eh, bukan ya, Jay! Sudah aku bilang aku mimpi!" seru Agatha masih tidak mau mengaku, bisa malu dia. "Baiklah, sekarang apa Nona tidak berencana untuk melepaskan saya? Saya mau berangkat kuliah." Agatha akhirnya tersadar, ia langsung bangkit dari atas tubuh Jayden. Sumpah demi apa pun rasa malu yang ia rasakan membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Bisa-bisanya ia tidak sadar masih memeluk Jayden. Pria itu benar-benar membuatnya mati kutu setiap saat. "Aku akan mandi," kata Agatha langsung melarikan diri, tidak berani lagi menunjukkan wajahnya di depan Jayden saat ini. Jayden tertawa kecil, tingkah Agatha yang random itu benar-benar menggemaskan sekali. Ia pun langsung bangkit dan membersihkan dirinya sendiri. * Agatha mengotak-atik ponselnya dengan wajah bosan. Ia ingin pergi tapi masih malu untuk menunjukan dirinya di depan teman-temannya. Memang setelah kejadian mengerikan waktu itu, Agatha seperti mengunci dirinya dari dunia luar. Agatha masih trauma dan malu jika bertemu orang lain. Mengingat beberapa temannya pun tahu kejadian waktu itu, jadi Agtaha menebak saat ini mungkin ia menjadi bahan gunjingan mereka. "Moti!" teriak Agtaha memanggil pembantu di rumahnya. "Ya, Nona?" Seorang wanita setengah baya terlihat terburu-buru menghampiri Agtaha saat mendengar panggilan itu. "Ehm, kau tahu kapan biasanya, Jayden pulang kuliah?" tanya Agtaha, wajahnya terlihat antara serius dan tidak. Atau lebih tepatnya penasaran tapi malu untuk bertanya. "Oh come on, untuk apa sih aku menanyakan pria menyebalkan itu?" gerutu Agtaha dalam hatinya. "Jay biasanya pulang jam 11 siang, Nona. Jadwal kuliahnya satu Minggu ada 4 kali, hari Senin sampai Kamis. Selebihnya dia–" "Cukup, cukup, kenapa kau menjelaskan sedetail itu? Aku hanya tanya kapan dia pulang," tukas Agtaha. "Ehm, dia itu kuliahnya dimana sih? Universitas Jakarta yang depan jalan ... itu bukan?" Agatha kembali bertanya, tapi masih dengan sikap acuhnya. Menyembunyikan rasa penasaran yang menggila dalam hatinya. "Benar, Nona. Kalau memang Anda membutuhkan sesuatu, saya akan menghubungi, Jay." "Tidak usah." Agatha mengibaskan tangannya. "Kau kembalilah bekerja," sambungnya lagi. Moti mengangguk pelan lalu berpamitan pergi. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, Agtaha tiba-tiba memanggilnya lagi. "Ya, Nona?" tanya Moti seraya memandang wajah Agtaha yang terlihat kebingungan itu. "Suruh Pak Wan menyiapkan mobilku, aku ingin pergi," kata Agtaha cepat. "Nona ingin menemui, Jay?" Moti tersenyum tipis. "Bukanlah. Aku mau pergi ke salon, rambut aku lepek banget nih." Agatha lagi-lagi mengelak tapi wajahnya terlihat panik. "Jangan mikir aneh-aneh deh, mana mungkin aku menemui pria menyebalkan itu," tukas Agtaha ingin menjelaskan jika ia tidak punya perasaan apa pun kepada Jayden. "Semua pria akan sangat menyebalkan kepada orang yang dicintainya bukan?" seloroh Moti masih terus saja menggoda. "Moti!" Agatha berteriak, rasanya semakin malu saat digoda seperti itu. "Cepetan pergi sana atau mau gajimu aku potong!" umpatnya kesal. Moti tertawa kecil, Nyonyanya itu sangat lucu jika marah. "Nona, jatuh cinta itu tidak salah kok. Bukan tindak kejahatan juga, saya mendukung deh kalau sama Jay. Ganteng." "Bodo amat! Pergi sana!" Agatha semakin bersungut-sungut kesal, ia memegangi wajahnya sendiri sembari berpikir. "Emang kelihatan banget ya?" gumamnya heran. "Aku ini juga kenapa, berhentilah memikirkan pria menyebalkan itu, Agatha!" serunya kesal sendiri. Sejak semalam ia benar-benar sudah dibuat mabuk gila oleh pengawal pribadinya itu. "Eh, dia kuliah dimana tadi?" Agatha tiba-tiba memurnikan sesuatu, muncul ide jahil yang membuat wajahnya tersenyum manis. "Baiklah, mendatangi Jayden ke kampus, tidak ada salahnya juga." Agatha tertawa cekikikan, wanita itu sudah membayangkan wajah polos Jayden yang akan terkaget-kaget saat melihatnya nanti. *** Jayden terlihat sibuk mendengarkan penjelasan dosen di kampusnya. Pria itu sangat serius sekali karena tujuannya kuliah tentu ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan. Bahkan Jayden sengaja mengambil jalur beasiswa saat masuk ke universitas meksipun orang tuanya kaya raya. Jayden ingin merasakan bagaimana bisa masuk ke Universitas ternama dengan perjuangannya sendiri, bukan karena materi orang tua. "Jay, lihat deh. Cewek itu bening banget gila." Celetukan itu terdengar dari sisi kirinya. Hansel menepuk lengannya sembari menunjuk ke arah kaca samping. "Enggak penting." Jayden menyahut malas, lebih sibuk mencatat poin penting tentang pelajaran yang diterangkan dosen daripada melihat apa yang dikatakan oleh Hansel. "Ck, padahal dia cantik banget. Tapi tunggu deh, dia jalan kesini, Jay!" Hansel semakin heboh. "Kayaknya lu dapat fans lagi nih, beuhhhh ... mangsa di depan mata." Hansel begitu ribut tapi tetap saja Jayden tidak menggubrisnya sama sekali. Sudah terlalu terbiasa dengan sikap berlebihan temannya itu. "Jay, dia beneran datang!" Sekali lagi Hansel berbicara, kali ini menggoyangkan tangan Jayden dengan cukup kuat membuat pria itu terganggu. "Apaan Hans?" sentak Jayden. "Tuh." Hansel menunjuk ke arah kanan Jayden. Pria itu menoleh dengan wajah kesal, tapi sedetik kemudian wajahnya berubah kaget tatkala melihat Agatha tiba-tiba duduk di sampingnya. Agatha duduk dengan santai di samping Jayden. Saat ini ia menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa di sana. Wanita itu dengan santai membuka topinya lalu menoleh ke arah Jayden. "Halo, pak suami. Aku temenin ngampus, ya?" kata Agtaha melempar senyuman maut yang membuat Jayden hampir pingsan detik itu juga. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN