Bab 3. Pelukan Hangat

1131 Kata
Secepat mungkin Jayden berlari dan langsung merampas gunting itu dari tangan Agatha. Pria itu langsung memeluk tubuh Agatha dengan sangat erat, jantungnya berdetak sangat kencang karena hampir saja terlambat menyelamatkan wanita itu. "Lepaskan aku, biarkan aku mati. Aku tidak mau hidup bersama anak b******n ini!" teriak Agatha berontak dari pelukan Jayden, wanita itu semakin histeris karena gagal membunuh dirinya sendiri. "Nona sadarlah, anak itu adalah anak Anda juga. Jangan jadi ibu yang kejam, apakah Anda ingin membunuh bayi tidak berdosa?" Jayden berbicara sangat lembut, ingin membuat Agatha mengerti jika tindakannya itu tidak benar. "Tahu apa kau, Jay? Gara-gara b******n itu hidupku hancur! Ayah pasti akan membunuhku jika tahu masalah ini. Aku tidak mau anak ini, dia juga harus mati!" Agatha kembali marah, meluapkan amarahnya dengan memukuli perutnya. "Mati kau! Jangan ada di dalam tubuhku. Aku sangat membencimu!" Jayden langsung meraih Agatha ke dalam pelukannya, berusaha keras agar wanita itu tenang. "Nona, jangan seperti ini," ucapnya lirih. "Dunia akan memandangku sebagai wanita hina jika aku terus mempertahankan anak ini. Jay, bantu aku melenyapkan bayi ini," kata Agatha. "Nona, percayalah anak ini tidak akan seperti yang Anda pikirkan. Suatu saat dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang hebat. Saya yakin Anda bisa melewati ini semua." "Dengan cara apa, Jay? Aku hamil, tidak punya suami. Apa menurutmu hal itu pantas? Tidak, Jay! Aku hanya akan mendapatkan penghinaan karena tidak akan ada pria yang mau menikahi wanita bekas sepertiku!" seru Agatha dengan air mata yang terus mengalir. Rasanya benar-benar sakit jika mengingat petaka di malam itu. "Ada, ada orang yang mau menikahi, Anda." Agatha mengerutkan dahinya saat mendengar perkataan Jayden. Ia mulai menatap pria itu dengan sangat serius. "Apa maksudmu, Jay? Apa kau sedang melucu? Bahkan pria yang aku cinta sudah meninggalkanku. Aku hanya wanita kotor, sampai kapan pun akan dianggap seperti itu. Pria yang akan menikahku pasti sangat menyesal nanti," lirih Agatha tersenyum kecut. "Saya, Nona." Jayden kembali berbicara, kali ini suaranya tegas dan penuh keseriusan. "Saya yang akan menikahi, Anda," sambungnya tanpa keraguan sama sekali. Agatha terkejut bukan kepalang, sama sekali tidak menyangka ucapan itu akan keluar dari bibir asisten pribadinya. Ia melihat mata Jayden dengan seksama, mencoba mencari kebohongan di sana. Akan tetapi pria itu benar-benar sangat serius sekali, pun tatapan matanya yang sangat dalam seolah membuat hati Agatha bergetar. "Jay." "Saya tahu, saya bukan pria yang sempurna. Tapi saya tidak keberatan jika harus menjadi Ayah dari anak ini. Mari kita menikah," ucap Jayden lebih serius dari sebelumnya. "Jay." Agatha menggelengkan kepalanya. "Ini bukan hal untuk main-main. Aku ini wanita yang kotor, kenapa kau sudi menikah denganku? Jangan menghancurkan dirimu bersamaku. Keluargamu pasti akan sangat kecewa nanti," tolak Agatha langsung, tidak ingin Jayden ikut menghancurkan diri bersama dirinya yang telah ternoda. "Kenapa harus memikirkan orang lain? Bagi saya, Anda yang lebih penting untuk saat ini." "Jay?" Agatha semakin terkejut, ia menatap Jayden dengan sejuta pertanyaan di dalam benaknya. "Mungkin semua ini terkesan mendadak dan sangat mengejutkan. Saya pun sudah mencoba menahan perasaan ini. Melihat Anda sedih seperti ini, saya tidak sanggup, Nona. Saya tidak peduli jika perasaan ini tidak terbalas, namun izinkan saya menjadi pelipur lara Anda," pinta Jayden sambil meraih tangan Agatha dengan lembut, ia menggenggamnya sangat erat namun tidak menyakiti. Agatha justru menangis mendengar ungkapan manis yang keluar dari bibir Jayden. Hatinya yang semula hancur habis-habisan seperti sembuh kembali meski belum sepenuhnya. Setiap bait kata yang dikatakan Jayden benar-benar membuat jiwanya sangat tenang. "Aku hanya wanita kotor, Jay. Aku tidak pantas ...." Jayden meletakkan telunjuknya di bibir Agatha, membuat wanita itu terdiam seketika. "Tidak ada sebutan wanita kotor, kau tetaplah wanita hebat yang pernah aku kenal. Agatha Pricilla, menikahlah denganku," tutur Jayden sembari menangkup pipi Agatha, kali ini sengaja bersikap tidak formal agar wanita indah di depannya tahu jika perasannya ini bukan sekedar main-main. Agatha memejamkan matanya, ia menyadarkan pipinya ke tangan Jayden. Sungguh ia merasa nyaman akan sentuhan hangat pria ini. "Menikahlah denganku, Agatha. Aku bersumpah akan melindungimu melebihi nyawaku sendiri. Tidak peduli dunia akan mengatakan apa, aku justru akan mengatakan kepada dunia kalau ada wanita hebat seperti dirimu." Jayden mengelus lembut pipi wanita itu, ucapannya sangat lembut sekali membuat Agatha merasa sangat tenang. "Jay." Agatha tidak sanggup membalas apa pun, wanita itu langsung masuk ke dalam dekapan Jayden. Memeluknya sangat erat dan menangis sejadi-jadinya. "Katakan kalau ini bukan mimpi, aku takut ... Jay." Jayden tersenyum, pria itu meraih pipi Agatha hingga mendongak ke atas. Diusapnya air mata wanita itu dengan lembut, lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya. Mencium bibir merah jambu yang tipis milik Agatha dengan penuh perasaan yang menggebu. "Apa sekarang kau sudah menemukan jawabannya?" Jayden bertanya setelah melepaskan ciuman lembutnya. Air mata Agatha kembali mengalir, wanita itu kembali memeluk Jayden lebih erat dari sebelumnya. Kehangatan itu benar-benar membuatnya sangat tenang. "Peluklah aku lebih lama lagi," pinta Agatha yang langsung dibalas mesra oleh Jayden. *** Agatha merasa sangat gugup saat Jayden mengajaknya menemui orang tua pria itu. Berkali-kali Agatha menolak, tapi berkali-kali juga Jayden meyakinkan Agatha jika semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya dengan perasaan gugup dan persiapan yang sangat mendadak, Agatha diajak Jayden datang ke rumah pria tersebut. "Kenapa?" Sebuah genggaman hangat Agatha rasakan, ia menoleh menatap sosok Jayden yang tersenyum lembut padanya. "Jay, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" "Ada apa, Nona?" "Kenapa kau memilihku?" Agatha bertanya lirih. "Kenapa harus aku? Aku wanita yang sudah ternoda dan sedang mengandung anak dari b******n tidak dikenal. Kenapa kau mau menikah denganku?" Jayden tersenyum tipis. "Saya tidak butuh alasan untuk melakukannya, Nona. Karena itu memang sudah tanggungjawab saya," sahut Jayden. "Tanggung jawab apa, Jay? Kau bukan pria yang telah memperkosaku, kenapa kau harus bertanggungjawab?" Jayden tersentak, pertanyaan itu berhasil membuat wajahnya pias. Sekecil perubahan itu nyatanya dilihat oleh Agatha. "Jangan bilang kau–" "Maksud saya, tanggung jawab karena saya telah lalai menjaga Anda waktu itu, Nona. Saya merasa bersalah dan ingin mempertanggungjawabkan semuanya. Saya tahu apa yang Anda pikirkan, tapi yang saya lakukan ini murni karena ingin membantu Anda. Terlepas dari perasaan saya, semua ini adalah hal yang sudah saya pilih dengan matang," sahut Jayden disertai helaan napas panjang. Agatha menatap Jayden lekat-lekat, entah kenapa hal yang Jayden lakukan ini cukup tidak masuk akal. Benarkah Jayden menikahinya hanya bentuk tanggungjawab pria itu dan perasaan lebih yang pria itu rasakan? Tapi kenapa Agatha merasa tidak percaya? "Kenapa kau sangat mencurigakan, Jay? Malam itu kau juga tidak ada di tempat kejadian. Tapi saat aku terbangun, kau sudah ada di sana," batin Agatha penuh tanya. "Kita sudah sampai." Lamunan Agatha buyar tatkala mendengar suara Jayden. Wanita itu melihat sekelilingnya dengan pandangan bingung. Saat ini mobilnya tengah terparkir di depan sebuah rumah yang sangat megah sekali, bahkan melebihi rumahnya sendiri. "Jay, kenapa kita ke sini? Bukankah kita akan ke rumahmu?" tanya Agatha kebingungan. "Ini rumah saya, Nona." "Apa?" Bola mata Agatha terbelalak lebar, benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan oleh pengawal pribadinya itu. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN