Mereka baru saja selesai salat magrib di dalam kamar. Farhan menjadi imamnya seperti biasa. Pembedanya, kali ini hati mereka diliputi kebahagiaan. Tidak ada lagi keraguan dan kecanggungan. Selesai salat, Farhan tidak lupa mendoakan Indra, juga mengucapkan terima kasih. Hal rutin yang selalu dilakukannya. Mendengar isak tangis, pria itu menengok ke belakang. "Ken ... kamu menangis? Adakah perbuatan atau kata-kataku yang menyakitimu?" tanya Farhan panik. Niken menggeleng. "Enggak, Mas ... aku hanya ingat Mas Indra. Kalau bukan karena dia, mungkinkah kita bisa seperti ini?" "Iya ... semua karena dia. Aku tidak akan pernah melupakan itu, dan akan selalu mendoakannya." "Terima kasih, Mas...." Farhan memeluk sang istri, mengecup kepala wanita itu yang tertutup mukena. "Jangan menangis lagi