Happy Reading. Mobil hitam milik Rafka membelah jalanan kota, meninggalkan gedung pengadilan yang megah di belakangnya. Laju mobil itu cepat, seakan ingin segera menjauh dari hiruk-pikuk persidangan yang baru saja mereka lewati. Di samping Rafka, Maureen duduk tenang, namun tatapannya penuh kekaguman dan kebanggaan—terus tertuju pada sosok pria di sebelahnya. Mereka berdua telah sampai di titik ini, walau perjuangan belum sepenuhnya berakhir; persidangan ditunda hingga minggu depan. “Terima kasih,” bisik Maureen, suaranya lembut namun penuh makna. Tatapan hangatnya menyentuh Rafka, dan debaran jantungnya terasa begitu kuat, seakan ingin melompat keluar dari dadanya. Ketegangan dan kelegaan bercampur aduk dalam hatinya. Rafka melirik Maureen sekilas, raut wajahnya sedikit mengerut, me