Akash tidak peduli Puja yang menggerutu kesal, karena dia tahunya masih harus membayar biaya rumah sakit. Padahal semuanya sudah Akash bayar lunas. Akash berjalan semakin jauh dari kamar rawat Puja. Namun, dalam hatinya sedikit terbesit rasa iba pada Puja yang harus sendirian di dalam sana. Dia merasa tidak tega kalau harus pulang dan membiarkan Puja di rumah sakit sendiri. Sedangkan Puja masih belum begitu pulih, meski sudah bisa mengumpat dan memakinya tadi.
“Sial, kenapa kepikiran tuh orang sih!” cebik Akash kesal.
Akash akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kantin rumah sakit, karena dirinya lapar. Di samping itu dia juga ingat, kalau Puja pun belum makan sama sekali. Dia hanya makan makanan pembuka sebelum menu saja, belum ke makanan inti, saat tadi di restoran. Akhirnya Akash memesan dua porsi nasi dengan lauk bebek bakar presto yang tak lain adalah menu paling best seller di kantin rumah sakit tersebut. Akash juga membeli dua teh hangat dan dua air mineral untuk dirinya dan Puja.
Setelah selesai membeli makanan, dan minuman, dia kembali ke dalam ruangan Puja. Akhirnya Akash tidak tega untuk meninggalkan Puja sendiri di rumah sakit. Akash terpaksa menemani Puja bermalam di rumah sakit.
Akash masuk ke dalam ruang rawat Puja. Dia melihat Puja sedang berdiri di samping tempat tidurnya dengan memegangi tempat infus. Sepertinya Puja akan ke kamar mandi atau mau apa, Akash tidak tahu.
“Mau ke mana kamu?” tanya Akash, yang membuat Puja langsung menoleh ke sumber suara dengan sedikit terkejut.
“Pak Akash? Mau apa Pak Akash ke sini lagi? Apa ada yang tertinggal?” tanya Puja.
“Memang menyebalkan! Pertanyaan dijawab pertanyaan!” gerutu Akash.
“Saya mau ke ruang administrasi, mau tanya biaya rawat inap saya, Pak.” Jawab Puja.
“Mau apa tanya-tanya?”
“Ya mau bayar lah!” jawab Puja kesal.
“Sudah saya urus semua. Semuanya sudah saya bayar. Sekarang nikmati saja fasilitas mewah rumah sakit ini! Lumayan fasilitasnya seperti hotel bintang lima,” ucap Akash.
Puja hanya bisa terdiam dan melongo menatap wajah bosnya itu. Puja tidak percaya Akash akan melakukan hal seperti itu. Mengurus semua biaya rumah sakitnya, meski harusnya memang begitu, karena Akash bosnya, di samping itu, Akash lah penyebab dirinya sampai masuk rumah sakit, dan hampir saja kehilangan nyawanya.
Melihat wajah Puja yang melongo dan jelek sekali, Akash pun meraup wajah Puja dengan kasar, yang membuat Puja kesal pada Akash.
“Apaan sih, Pak Akash!” pekik Puja.
“Kamu ini gak sadar? Wajahmu itu udah jelek banget, malah dijelek-jelekin gitu?” ucap Akash dengan terkekeh.
Akash lalu masuk mendekati Puja, dan menyuruh Puja kembali naik ke tempat tidurnya. Akash menaruh dua kantung plastik yang berisi nasi dan lauk, serta minuman hangat dan air mineral untuk dirinya dan Puja yang tadi ia beli di kantin.
“Makan ini. Kamu belum makan, kan? Tadi aku beli nasi, sama bebek bakar presto, terus ada teh hangat tuh,” ucap Akash sambil membukakan nasi yang terbungkus oleh kertas nasi dan lauknya.
Puja hanya menatap Akash yang melakukan hal seperti itu. Tumben sekali bosnya peduli dengan dirinya. Padahal setiap hari dirinya itu dibuat repot dan dibuat kesal oleh bosnya yang galak itu. Tapi malam ini entah setan apa yang merasuki bos galaknya itu, hingga bosnya baik sekali dengan membelikan nasi juga bebek bakar presto untuknya.
“Gak usah lihatin saya begitu! Saya tahu, kalau saya ini memang ganteng sekali!” ucap Akash.
“Halah narsis banget anda!” cebik Puja.
“Biar saja, itu memang kenyataannya? Sudah makan nih! Kamu gak ada alergi sama bebek, kan?”
“Gak ada!” Ucap Puja dengan menerima makanan dari Akash. Lalu dia mulai menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya.
“Terus kenapa kamu sampai alergi gitu? Sampai napasmu kek lagi menghadapi sakaratul maut? Kamu alergi apa memangnya?” tanya Akash.
“Cokelat. Apa pun jenis makanannya kalau ada cokelatnya aku tidak bisa makan. Mau cokelat putih sekali pun aku tidak bisa,” jelas Puja.
Akash seketika diam, saat dia mengingat waktu tadi di restoran, dia menjejalkan kue cokelat lumer ke dalam mulut Puja. Dan, setelah itu Puja tiba-tiba pucat wajahnya, dan sesak napas.
“Itu berarti salah gue? Gue dong yang buat anak orang ini hampir kehilangan nyawanya?” batin Akash.
“Saya minta maaf, Puja,” ucap Akash, yang membuat Puja berhenti mengunyahg makanannya, saat Bos galaknya itu mengucapkan kata maaf padanya. Puja pun bingung, kenapa Akash tiba-tiba minta maaf padanya.
“Ehm, minta maaf untuk apa ya, Pak?” tanya Puja.
“Ya saya minta maaf, karena saya kamu hampir kehilangan nyawa,” jawab Akash.
Puja baru menyadari maksud ucapan Akash. Ia paham, kalau Akash tidak tahu kalau dirinya punya alergi cokelat. Makannya Akash langsung menjejalkan makanan itu berkali-kali ke mulut Puja.
“Iya, tidak apa-apa. Lagian bukan salah Pak Akash juga, kan? Pak Akash kan tidak tahu kalau saya alergi cokelat?” ucap Puja dengan santai, sambil makan makanannya.
“Ini beli di mana, Pak?” tanya Puja.
“Kantin.”
“Enak banget loh, Pak. Coba tuh dimakan punya Bapak. Ini empuk sekali bebeknya bakarnya, bumbunya meresap, sambalnya juga enak, pedasnya pas banget. Ayo coba makan saja pasti nanti bapak ketagihan deh?” ucap Puja.
“Kamu mau lagi?”
“Apa Bapak mau kasih punya bapak ke saya? Kalau iya, sini buat saya saja. Saya gak bakal nolak loh, Pak?”
“Maruk amat kamu! Sudah punya bagian sendiri minta punya saya?”
“Lah tadi kan nawarin? Kamu mau lagi? Ya sudah sini punya bapak saja!”
“Kalau kamu mau lagi, kamu harus sering masuk rumah sakit ini biar setiap hari bisa makan ini?”
“Gila ya anda? Memang ada orang yang mau sakit terus setiap hari? Lagian bisa dengan cara lain? Bisa mampir ke sini, buat sekedar beli makanan ini saja? Mau di sini fasilitasnya mewah, ogah saya dirawat di sini lagi? Bapak saja kalau mau?” ucap Puja kesal.
“Ya kali saja biar sekalian berlibur di hotel bintang lima?”
“Ogah! Bapak saja sana, bapak kan emosian, liburan di sini saja, biar gak emosia!”
Akash menatap tajam Puja. Hingga Puja diam dan langsung menunduk, melanjutkan makan malamnya dengan diiringi ulasan senyum tipis di wajahnya. Karena dia melihat Bos galaknya itu bisa diajak bercanda.
Selesai makan, bukannya Akash pulang, tapi Akash malah duduk di sofa dengan santainya, sambil memainkan ponselnya. Puja sendiri bingung, dengan keberadaan bosnya itu di kamar rawatnya.
“Pak, sudah tiga jam dari selesai makan loh? Bapak gak pulang?” tanya Puja.
“Kamu ngusir saya?”
“Bu—bukan begitu, Pak? Kan tadi bapak bilang, takut ada rumor gak baik nungguin saya di sini? Kalau ada gosip itu beneran bagaimana?” ucap Puja.
“Ya biar saja, biar kantor rame. Kok kamu yang pusing. Lagian setelah saya pikir-pikir, saya kan yang bayar semua ini, kalau saya tidak menikmati fasilitas ini juga saya rugi dong?” jawab Akash.
“Ya sudah kalau mau menikmati fasilitas rumah sakit. Bapak pergi ke rooftop saja sana?” ucap Puja.
“Mau apa?”
“Loncat dari sana biar bapak bisa menikmati fasilitas rumah sakit!” jawab Puja.
“Kamu mau saya cepat mati?”
“Ya katanya mau menikmati fasilitas rumah sakit? Ya begitu caranya? Eh, jangan mati dulu deh Pak. Mending bapak tobat dulu, ya?”
“Puja ....!”