Dua - Bos Yang Perfeksionis

750 Kata
Sesampainya di lantai delapan belas, dia langsung menemui Pak Andi, kepala HRD. Puja pun disambut dengan begitu ramah oleh Pak Andi, dan semakin yakin kalau CEO nya juga sama seperti para karyawannya, sangat ramah sekali. Karena di dalam sebuah perusahaan, kalau CEO nya ramah dan baik, tentu berpengaruh pada semua karyawannya. Dan semua karyawannya pun akan baik dan ramah juga. Andi lalu mengantarkan Puja menuju ruangan di mana ruangan tersebut ada di lantai dua puluh. Sampai di sana, begitu keluar dari lift, Puja bisa melihat dari kejauhan, hanya ada satu ruangan dengan satu pintu. Sebuah ruangan yang dindingnya berbahankan kaca, bahkan pintunya pun memakai kaca yang berwarna gelap. Hingga tak kelihatan apa yang ada di dalam ruangan tersebut dari luar. Lalu di depan ruangan itu, ada sebuah meja lengkap dengan seperangkat komputer, dan lain-lainnya. Di belakang meja, juga terdapat rak yang berisi file-file. Dari situ sudah kelihatan, kalau nantinya di sanalah tempat Puja akan bekerja. Di tempat yang sekarang ada seorang perempuan dengan perut membuncit yang duduk menghadap Komputer. Perempuan itu menyadari kedatangan dirinya bersama kepala HRD, lalu perempuan itu pun tersenyum ramah pada dirinya dan Pak Andi yang ada di sebelahnya. “Rena, ini saya bawakan pengganti kamu. Ajari dia, sampai dia tahu apa saja tugasnya menjadi sekretaris Pak Akash. Setelah itu baru kamu bisa benar-benar resign.” “Siap, Pak Andi!” Jawab wanita itu yang bernama Rena. “Puja, ini namanya Rena. Sekretaris Pak Akash yang akan resign karena kamu lihat sendiri, dia sedang hamil besar, dan sudah ingin di rumah saja mengurus anak dan suaminya. Dan, Ren, ini Puja calon pengganti kamu, ajari dia dengan baik, ya? Jangan galak-galak.” “Iya, siap, Pak. Apa ada tampang galak pada diriku, Pak? Oh iya, salam kenal dan selamat bergabung di perusahaan ini ya? Saya Rena.” “Iya, Bu. Terima kasih. Saya Puja Anjani.” Ucap Puja. “Ingat, Rena, jangan ada kesalahan sedikit pun! Kamu tahu Pak Akash bagaimana, kan? Beliau paling tidak suka ada sedikit kesalahan!” ucap Pak Andi memberikan peringatan pada Rena. “Beres, Pak!” ucap Rena. “Kalau begitu, saya tinggal ya, Puja. Perhatikan baik-baik setiap apa pun yang Rena ajarkan pada kamu. Yang kamu belum paham, silakan tanyakan lagi. Tak perlu sungkan, karena supaya tidak ada kesalahan nantinya saat kamu bekerja. Karena CEO kita tidak suka dengan itu. Dia tipe orang yang perfeksionis.” Ucap Andi pada Puja sebelum dia pergi kembali ke ruangannya. “Iya, Pak.” Jawab Puja. Puja sedikit merinding mendengar ucapan Pak Andi barusan. Bahwa CEO nya adalah orang yang sangat perfeksionis. Sudah pasti dirinya harus berusaha bekerja keras supaya tidak ada kesalahan sedikit pun. Jika dia sampai melakukan kesalahan, maka tamatlah riwayatnya. “Tenang, Puja. Santai saja, gak perlu tegang gitu?” ucap Rena saat melihat ekspresi Puja yang sedikit tegang karena ucapan Pak Andi tadi. “I—iya, Bu,” jawab Puja. “Panggil Mbak saja, Puja. Biar kita lebih akrab,” ucap Rena pada Puja. “Ba—baik, Mbak.” “Ayo sini, saya akan mulai ajari kamu, bagaimana pekerjaan di sini. Ini baca dulu jobdesk kamu, pahami dulu, ya?” ucap Rena dengan memberikan selembar kertas pada Puja. Puja membaca dengan begitu teliti apa yang tadi dikasih oleh Rena. Dia memahami satu persatu poin-poin yang tertulis di sana. “Pak Akash itu memang orangnya sangat perfeksionis sekali, Puja. Kamu juga jangan kaget, kalau dia bicara dengan nada tinggi. Selain perfeksionis, dia itu orang yang serius, dingin, datar, dan galak. Ya, galak dia. Galak di situ lebih ke dalam tegas sih menurut saya. Tapi, sebetulnya beliau sangat baik orangnya. Jadi gak usah takut dan tegang, Mbak yakin kamu bisa kok menghadapi semua itu,” jelas Rena saat Puja selesai membaca jobdesk nya. “Jadi namanya Akash? Galak, dingin, datar, terus perfeksionis? Ya Tuhan .... gue kira orangnya bakalan baik, kek karyawan yang saya temui, baik-baik semua? Apa memang tabiat seorang Bos begitu? Gak lepas dari dingin, galak, dan perfeksionis?” batin Puja. “Oh iya, Puja, satu lagi yang harus kamu tahu dan kamu pahami. Aku harap, kamu jangan pernah mengganggu beliau saat beliau sedang ada tamu seorang wanita khususnya. Sepenting dan sedarurat apa pun keadaannya, jangan pernah panggil atau ganggu beliau. Kamu mengerti, Puja?” sambung Rena. Seketika Puja mengernyitkan dahinya. Ini sungguh diluar nalarnya. Sulit dimengerti oleh Puja soal yang satu ini. Tapi cari amannya, Puja hanya bisa menganggukkan kepalanya. Daripada bertanya kenapa, urusannya nanti malah panjang. Lebih baik Puja fokus belajar apa yang sekarang sedang Rena ajarkan padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN