Perlahan Puja semakin paham apa yang Rena ajarkan. Tidak salah Pak Andi memilih Puja sebagai Sekretaris penggantinya, karena Puja sangat pintar, dan cepat tanggap dengan apa yang tengah Rena ajarkan dan terangkan. Ada perasaan lega di hati Rena, karena dengan begitu, Rena jadi lebih cepat untuk resign. Itu semua karena Puja yang cepat sekali menyerap ilmu yang diajarkannya.
“Mbak mau resign apa karena mau melahirkan?” tanya Puja.
“Iya sih, beberapa bulan lagi aku mau melahirkan. Ini sebetulnya anak keduaku, dan suami juga sebenarnya sudah meminta aku resign dari sejak awal menikah. Tapi, ya begitulah, Akash itu gak mau melepasakan aku, jadi ada saja alasan untuk bujuk suami aku, hingga dia merelakan kembali istrinya bekerja di sini. Namun, kali ini suami sudah tidak bisa memberikan toleransi apa pun pada Akash, karena Dokter kandungan ku juga sebetulnya sudah melarang aku untuk kerja, karena kehamilan keduaku ini terbilang lemah, berbeda dengan kehamilan pertamaku,” jelas Rena.
“Ehm ... sebentar, sepertinya Mbak Rena sudah akrab sekali dengan Pak CEO?” tanya Puja yang dari tadi mendengar Rena memanggil atasannya tanpa menggunakan embel-embel Pak.
“Sebetulnya, aku dan Pak Akash itu sudah sahabatan dari kami kecil, jadi ya begini kadang kelepasan manggilnya tanpa embel-embel Pak,” jawab Rena terkekeh, karena melihat ekspresi Puja yang kebingungan.
“Oh pantas saja?”
“Sebetulnya dulu Akash itu orangnya sangat baik banget. Orangnya humble, ceria, hangat, bahkan dia itu terbilang sangat jahil sekali. Akan tetapi sekarang semuanya telah berubah yang disebabkan karena suatu hal. Jadi Mbak harap sama kamu, kamu itu harus sabar banget menghadapi sikapnya yang sekarang.”
“Iya, Mbak. Semoga saja saya bisa mengimbangi Bos saya nantinya.”
“Jangan semoga saja, itu harus dan wajib!” tegas Rena.
“Kalau CEO kita itu teman kecilnya Mbak, berarti dia seumuran dong sama Mbak?” Rena tertawa mendengar pertanyaan Puja. Rena yakin Puja memikiran kalau CEO nya itu seorang pria yang sudah cukup tua seperti dirinya yang sudah mau memiliki dua anak.
Ya tua, karena sudah mau kepala tiga. Dan Rena pun sudah memiliki dua anak. Anak yang pertama saja sudah berumur lima tahun.
“Iya, Pak Akash itu seumuran denganku. Hanya beda satu tahun saja, aku lebih muda satu tahun darinya,” jawab Rena. “Pasti nih kamu mikirnya CEO kita tuh udah bapak-bapak beranak dua sama sepertiku?” sambung Rena.
Puja nyengir sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya. Tentu saja Rena sangat paham dengan ekspresi Puja saat ini, sehingga membuat Rena semakin tertawa.
“Kamu ini lucu sekali, Puja? Saya yakin, kehidupan Akash akan lebih berwarna lagi dengan adanya kamu di sini. Aku yakin itu, kamu akan membawa perubahan besar untuk Akash,” ucap Rena.
“Ah Mbak bisa saja deh? Masa sampai sebegitunya?” ucap Puja dengan malu-malu manja.
“Kamu ini menggemaskan sekali, Puja. Saya jadi lapar ah dari tadi ketawa mulu sama kamu. Anak saya juga nih kayaknya terhibur banget sama kamu, Puja. Sampai dia kelaparan deh, jadi nendangin emaknya begini?”
“Ah Mbak itu, masa sampai segitunya?”
“Sudah ya Mbak ke kantin dulu, lapar nih anak Mbak. Tuh nendang lagi? Iya lucu sekali ya Tante Puja ini, Nak?” ucap Rena dengan mengusap lembut perutnya, yang membuat Puja pun ikut tertawa bahagia.
“Iya sudah, sana dedek utun makan dulu yang banyak, ya? Biar sehat pas lahir nanti. Sudah jangan nendang-nendang mamanya, kasihan tuh,” ucap Puja.
“Oke, Tante Puja. Ya sudah kamu lanjutkan pekerjaan kamu, ya? Kalau misal ada yang tidak paham, lewati saja dulu. Nanti tanyakan padaku kalau aku sudah kembali.”
“Siap, Mbak!”
Rena pun pergi meninggalkan Puja untuk ke kantin. Semenjak kehamilan yang kedua ini, Rena memang mudah sekali lapar. Itu semua membuat tubuh Rena menjadi lebih berisi dari sebelumnya.
Setelah Rena pergi, Puja pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Seperti yang Rena bilang, dia melewati bagian yang masih belum dia pahami. Namun, tak lama saat sedang asik dengan pekerjaanya, Puja mendengar suara pintu lift terbuka. Puja melirik ke arah lift tersebut, berpikir kalau Rena kembali lagi, padahal baru saja sebentar, sedangkan kantin itu berada di lantai paling bawah.
Namun, bukan Rena ternyata yang muncul. Melainkan seorang pria muda dan tampan, berpawakan tinggi, serta kulit putih bak batu pualam, sungguh sangat sedap dipandang oleh mata. Pria tersebut mengenakan stelan jas dan celana berwarna hitam, dengan dipadukan kemeja abu-abu muda di dalamnya.
“Dia? Pri—Pria i—itu kan yang tadi ketemu di lift? Terus perempuannya kok beda lagi? Siapa dia? Jangan-jangan? OMG ... apa dia Pak Akash? Dia CEO? Ya Tuhan ... tamat riwayatku!” rutuk Puja dengan menutup mulutnya karena dia panik. Panik sekali, karena ternyata orang yang tadi ketemu di lift mungkin CEOnya.
“Ah tidak-tidak, pasti bukan dia. Pasti dia tamu di sini, yang mau bertemu dengan Pak Akash!” ucap Puja supaya dia lebih tenang hatinya. Tapi, tetap saja hatinya tidak bisa tenang. Apalagi perlahan pria itu berjalan mendekatinya. Puja menunduk, tidak mau menatap pria itu.