Delapan - Kamu Mau Bergabung?

1204 Kata
Setelah selesai meeting, Puja masih saja diam, dia hanya bicara seperlunya. Tapi dia masih bersikap profesional saat berhadapan dengan Klien besar Akash. Akash bicara apa pun Puja hanya menjawab dengan singkat, bahkan saat ini, setelah sampai di kantor, Akash langsung menaruh setumpuk berkas di depannya saja dia hanya menganggukan kepalanya. Biasanya Puja akan protes karena selalu sore hari Akash memberikan setumpuk berkas yang harus diselesaikan hari itu juga, dan pada akhirnya lembur lagi. Puja mendengkus kesal setelah Akash kembali masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia menatap tumpukan berkas yang menggunung di hadapannya. Ada-ada saja idenya untuk lembur, kenapa tidak dari siang saja memberikan itu bertahap, kan bisa Puja kerjakan perlahan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya? Puja hanya mengeluarkan unek-uneknya di dalam hati. Dia malas berdebat dengan Akash hari ini. Rena sendiri melihat Puja berbeda dari biasanya. Mungkin Puja sedang badmood, karena baru awal pekan sudah di suruh lembur, dan meeting dadakan pagi-pagi, jadi mood Puja sangat berantakan hari ini. “Lembur lagi?” tanya Rena. “Yah begitulah bos Anda, Mbak,” jawab Puja dengan membuang napasnya kasar. “Sabar, ya? Dia memang begitu. Sukanya meeting dadakan, lembur dadakan, sampai kadang Mas Dito menunggu aku di sini kalau aku lembur,” ucap Rena. “Memang harus begini bagaimana, Mbak? Nasib bawahan ya begini?” ucap Puja dengan matanya menatap lurus ke arah monitor di depannya. “Kamu kenapa dari pulang meeting wajahnya ditekuk terus? Akash minta apa, Akash marah-marah, kamu hanya iyakan saja, biasanya kamu mendebatnya sampai dia menyerah sendiri karena kamu berani mendebat dia?” tanya Rena. “Capek, Mbak!” jawabnya singkat. “Sabar, ya? Kamu harus terus bertahan di sini, Mbak yakin kamu bisa menaklukkan Akash kok?” ucap Rena. Sedang Akash sendiri pun merasa aneh dengan Puja yang dari sepulang meeting stel cuek dan diam padanya. Dia memberikan setumpuk berkas di depan Puja saja Puja hanya diam. Padahal Akash memberikan itu tepat di jam empat sore, di mana setengah jam lagi waktunya untuk pulang. Setengah jam mengerjakan setumpuk berkas itu dijamin tidak akan selesai. “Perkara gak sengaja kecium saja diam terus dari tadi? Bicara dong biar rame, sehari gak didebat dia kok aneh rasanya? Eh kenapa nih denganku?” ucap Akash dalam hati dengan menatap Puja dari dalam ruangannya. Rena bersiap untuk pulang, karena suaminya sudah menjemput dirinya di lobi. Rena pamit pada Puja yang sedang sibuk dengan pekerjaannya hari ini. Tentunya itu pekerjaan lembur yang diberikan oleh Akash padanya. Rena masuk ke ruangan Akash dulu sebelum pulang. Seperti itu setiap hari, kalau mau pulang Rena harus pamit menemui Akash lebih dulu. “Aku antar sampai lobi, Ren!” Akash langsung berjalan di sisi Rena sambil melingkarkan tangan di pinggul Rena. Puja yang melihat kedua orang itu semakin yakin, kalau sebetulnya mereka sama-sama memiliki perasaan yang sama. Setiap melihat sorot mata Akash menatap Rena, ada hal yang berbeda menurut Puja. Bahkan Akash sangat perhatian sekali pada Rena. Lebih dari seorang sahabat perhatiaannya menurut Puja. Selama ini Puja merasakan perhatian Akash sangat berlebihan pada Rena. Puja bisa merasakan, mana perhatian biasa, dan mana perhatian yang punya perasaan tidak biasa. Dan perhatian Akash pada Rena, termasuk kategori perhatian yang tidak biasa. Puja yakin, ada sesuatunya. Bergelut dengan pemikirannya sendiri, sampai Puja tidak sadar, kalau di depannya sudah ada Akash yang berdiri menatap dirinya yang sedang bengong dengan tatapan kosong. “Kesambet kamu lama-lama!” ucap Akash dengan menjentikkan jarinya di kening Puja. “Ahw, sakit, Pak! Bisa tidak sih, jangan kasar sama saya! Kalau sama Mbak Rena saja ngomongnya lembut!” “Untuk kamu beda!” jawab Akash. “Dasar bos edan!” umpat Puja lirih, tapi masih terdengar di telinga Akash. “Bilang apa tadi kamu?!” tanya Akash dengan tatapan tajam pada Puja. “Gak bilang apa-apa. Memang bilang apa?” jawab Puja santai sambil tatapannya fokus pada layar monitor. Sebagian berkas sudah ia handle dengan baik. Tinggal beberapa saja yang belum ia kerjakan. Puja tidak mau lama-lama lembur hari ini. Ia harus selesai sebelum jam delapan malam. Dia sudah lelah hari ini, ditambah insiden di dalam mobil tadi pagi, yang masih membuat Puja kesal, karena Akash sudah mengambil ciuman pertama Puja. Jelas yang pertama kalinya, karena Puja tidak pernah melakukan hal seperti itu. “Ciuman pertamaku, kenapa harus orang itu yang ngambil! Ah, sial sekali hidupku!” umpat Puja dengan memukul-mukul meja kerjanya lalu Puja menyentuh bibirnya dengan tatapan kosong, masih terbayang sekali rasanya dicium oleh atasannya itu. Perbuatan Puja yang seperti itu dilihat oleh Akash dari dalam ruangannya. Puja tidak tahu kaca di depan Akash yang ada di ruangannya bisa melihat Puja di luar sana yang sedang bekerja. Itu sengaja dibuat oleh Akash supaya bisa melihat Rena sedang bekerja. Tapi, itu tidak diketahui oleh Rena juga, kalau kaca di depan Akash bisa diubah menjadi buram dan bisa berubah menjadi bening karena kaca di ruangan Akash menggunakan smart glass Kaca ini menggunakan teknologi seperti PDLC (Polymer Dispersed Liquid Crystal) yang memungkinkan kaca berubah dari buram menjadi bening, atau sebaliknya, dengan mengontrol aliran listrik. Akash tertawa gemas melihat tingkah Puja yang seperti itu. Dia yakin, kalau Puja masih terbayang kejadian tadi pagi waktu di mobil, di mana Akash tidak sengaja menciumnya. Itu semua karena Sopirnya ngerem mendadak. Setelah selesai pekerjaannya, Puja membawa tumpukan berkas itu kepada Akash. Akash mengecek semua berkas yang telah Puja kerjakan tadi satu persatu dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Sudah benar semua, Pak?” tanya Puja. “Sudah, ini sudah benar semua,” jawab Akash. “Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang, Pak.” “Pulang? Enak saja pulang?” jawab Akash. “Kan sudah selesai, Pak?” Brugh! “Kerjakan semua ini!” “Apaan nih? Ini sudah jam delapan lebih lima belas, Pak! Mau pulang jam berapa saya?” “Kerjakan sekarang juga!” “Punya dosa apa aku, ketemu bos macam ini?” umpat Puja dalam hati. Puja membawa berkas dari Akash, dan akan membawanya ke meja kerjanya dengan kesal. Bisa-bisanya tadi tidak sekalian diberikan saja? Puja meneliti semua berkasnya, rasanya Puja sudah mengerjakan semua itu tadi pagi, dan ada juga yang bukan pekerjannya, tapi diberikan pada Puja. “Wah, ini orang sudah gila! Ini bukan pekerjaanku, main dikasih-kasih saja ke aku!” Dengan kesal Puja berjalan ke ruangan Akash dengan membawa tumpukan berkas yang tadi Akash kasih padanya. “Ini bukan pekerjaan saya! Tidak ada dalam jobdesk saya untuk mengerjakan semua ini Pak Akash yang terhormat! Dan ini, ini berkas yang sudah saya kerjakan tadi pagi, Pak Akash!” Akash tersenyum smirk, dia sebetulnya sengaja memberikan semua itu pada Puja. Ternyata Puja benar-benar teliti dalam bekerja. “Oke, letakan saja di situ, dan kamu boleh pulang!” ucap Akash santai. “Beib ....” Panggil seorang wanita dengan lembut di depan pintu ruangan Akash. Wanita dengan pakaian seksi itu berjalan dengan begitu centil menuju Akash, dan langsung disambut Akash dengan pelukan mesra. “I miss you so much,” ucap perempuan itu dengan genit. “Miss you too.” Akash mendaratkan kecupan lembut di bibir perempuan itu di depan Puja. Puja tereperangah melihat semua itu, apalagi perempuan itu kini duduk di pangkuan Akash, dan Akash memeluknya dari belakang. “Kamu mau bergabung? Kenapa masih di sini?” tanya Akash. “Tidak terima kasih!” jawab Puja, lalu dia pergi meninggalkan ruangan Akash.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN