Mimpi Buruk Do Yun

1057 Kata
 “Do Yun ayo pulang bersama kami,” ajak Nam Joon Woo. Do Yun menggeleng sambil tersenyum malu-malu lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Nam Joon Woo merasa tidak enak. Do Yun bekerja terlalu keras untuk restorannya. Anak itu tidak pernah mengeluh sama sekali. Do Yun tinggal di restoran, Baek Jung belum kuat membayar seorang satpam jadi dia meminta Do Yun untuk menjaga restoran dan tidur di sana. Do Yun tak menolak, baginya diberi tempat berteduh saja sudah lebih dari cukup. “Jangan bekerja terlalu keras, aku pulang dulu, apa kau baik-baik saja di sini” Nam Joon Woo mencoba memastikan keadaan Do Yun. Anak itu mengangguk, “Aku baik-baik saja, Paman. Hati-hati pulangnya,” tukas Do Yun. Joon Woo benar-benar merasa tidak enak. Baek Jung memperlakukan Do Yun dengan buruk, bagaimana bisa dia membiarkan Do Yun berkerja rodi. Bahkan dia tidak mendapat jatah makanan yang layak di sini. Baek Jung melarang Do Yun untuk menyentuh bahan makanan yang berada di dalam kulkas. Setiap malam Do yun hanya makan ramen maupun nasih yang dibungkus dengan rumput laut yang dia beli di minimarket. Nam Joon Woo akan membawakannya makanan setiap pagi, saat siang Baek Jung akan memberi Do Yun makan satu mangkuk sup kimchi dan nasi. Do Yun tak pernah protes, dia tidak ada tempat lain untuk tinggal, jadi mau tidak mau dia harus mau diperlakukan seperti ini. “Kalau begitu aku pulang dulu,” pamit Nam Joon Woo, Do Yun mengangguk sambil melihat lelaki itu keluar dari restoran. Do Yun kembali sibuk dengan pekerjaannya. Do Yun menarik napas sebelum membersihkan bagian depan restoran. Ia mengambil headset dan menyambungkannya ke hape miliknya. Do Yun memutar playlist di Genie miliknya. Satu buah lagu dari Bigbang berjudul Blue mengalun pelan di telinganya. Do Yun pun mulai menyapu lantai. Dia bergumam pelan mengikuti lirik lagu Bigbang Blue tersebut. Do Yun suka musik selain itu dia juga suka drum. Darah musisi mengalir dari sang ayah. Do yun belajar drum juga dari Yoon Il Jung, meskipun lelaki itu memperlakukan Do Yun dengan buruk namun Do Yun suka belajar drum dengan sang ayah. Mengingat nama ayahnya kini bayangan kejadian mengerikan itu kembali menghampiri Do Yun. Lelaki itu menarik napas, “Lupakan Do Yun, lupakan,” dia mencoba memberikan semangat pada dirinya sendiri. Setelah merasa lebih baik anak itu kembali membersihkan restoran dengan diam. Tangannya sibuk mengatur kursi dan menyapu bawah meja dengan teliti. Saat sedang asyik membersihkan meja di urutan depan, mata Do Yun tertuju pada satu arah. Satu sudut yang selama beberapa hari ini menarik perhatiannya. Setiap akhir pekan Retoran Baek Jung menghadirkan pertunjukan musik live buat para pengunjung. Di sudut ruangan terdapat alat musik lengkap mulai dari piano, drum, gitar dan juga bass. Sudah beberapa hari ini Do Yun terus melirik ke arah sana. Dia rindu bermain drum, dia rindu bagaimana suara drum yang sangat dia sayangi. Bagi Do Yun bermain drum adalah sesuatu yang menyenangkan. Semua peralatan itu milik Nam Joon Woo. Joon Woo sempat meniti karir sebagai anggota band, dulu Baek Jung jatuh cinta pada Joon Woo karena dia anak band. Baek Jung sempat mengira menjadi istri seorang member band akan memberinya kebahagiaan besar dan juga harta yang melimpah, namun rupanya itu tidak terwujud dalam hidup Baek Jung. Perjalanan karir menajdi anggota band di Korea selatan tidaklah mudah karena di sana lebih banyak boygrup atau girlgrup bukan grup yang bernyanyi dan memainkan alat musik. Joon Woo menyukai musik dan selalu menginvestasikan uangnya untuk alat musik yang harganya pasti tidak murah. Awal menikah dengan Joon Woo kehidupan mereka baik-baik saja, namun Band Joon Woo tak juga menunjukkan bahwa mereka bisa sukses di kancah musik korea, Hampir dua tahun merilis lagu, band Joon Woo tak juga membuahkan hasil, akhirnya mereka pun bubar dan menyerah pada impiannya. Sejak saat itu Baek Jung merasa bahwa dirinya salah pilih calon suami. Makanya dia selalu memperlakukan Joon Woo dengan tidak baik. “Wah keren banget,” gumam Do Yun tak sadar telah berdiri di depan drum sambil memuji alat musik tersebut. Do Yun sangat menyukai drum, namun tidak lagi sejak Il Jung selalu memukulnya dengan stick drum. Il Jung merupakan seorang musisi, dia juga seorang drummer, Di rumah Do Yun banyak sekali stick drum yang sering Il Jung gunakanm saat kecil Do yun sering belajar drum dengan ayahnya, jauh sebelum Il Jung kecanduan alkohol dan berjudi. Do Yun sempat bercita-cita menjadi seorang drummer. Namun impiannya mendadak memudar ketika dia sadar bahwa setiap kali dia mencoba untuk menyentuh stik drum, suara pukulan terhadap dirinya terdengar. Tubuhnya langsung gemetar. Suara itu benar-benar menyiksa Do Yun hingga membuatnya kesulitan bernapas. Do Yun bergelut dalam hati setiap hari melihat drum di sini impian Do Yun seperti kembali memanggilnya, namun Do Yun masih merasa ragu dan takut. “Haruskah aku mencobanya?” Lirih Do Yun. Do Yun tak sadar bahwa dirinya kini sudah duduk di kursi dan tengah berada di depan drum. Dia hanya harus mengambil stick dan memulai untuk memukul drum secara perlahan. Dua buah stick kini berada di hadapan Do Yun. Di hanya harus mengambilnya lalu menggenggam kedua stick tersebut dan mengayunkannya. Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh stick drum tersebut. Stick itu perlahan sudah berada di genggaman tangan o Yun. Do Yun menahan napasnya tangannya semakin gemetar dan suara-suara pukulan kembali memenuhi kepala Do Yun. “Dasar anak haram!” Teriakan Il Jung kembali memenuhi kepalanya, Tubuh Do Yun bergetar hebat. “Ayah, maafkan aku! Aku tidak bermaksud melukaimu,” detik berikutnya Do Yun menangis sesenggukan. Lalu detik selanjutnya ia melemparkan stick drum ke sembarang arah dan meringkuk memeluk dirinya sendiri. Kepalanya terasa pening. Bayangan kejadian hati itu kembali menghantam pikiran Do Yun. Do yun masih belum berhasil menghadapi traumanya sendiri. “Tidak. Jangan pukul aku Ayah!” kini rintih dan tangis itu berubah menjadi rintihan kesakitan dan teriakan. Do Yun bisa merasakan tubuhnya dipukul dengan sangat keras. Dia juga bisa merasakan nyeri di tubuhnya meskipun tak ada seorang pun yang memukul dirinya. “Do Yun? Apa kau baik-baik saja?” Do Yun bisa mendengar seseorang mendekat ke arahnya. Sosok tinggi yang semakin membuatnya ketakutan. “Pergi jangan mendekat! Ayah, tolong jangan pukul aku!” Gumam Do Yun dengan tatapan frustasi. “Do Yun ini aku Joon Woo, apa kau baik-baik saja?” Tanya Joon Woo dengan khawatir. Lelaki itu memeluk Do Yun dan membuatnya tenang, “ Tenanglah, ini aku pamanmu. Semua akan baik-baik saja,” tukas Nam Joon Woo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN